Setelah mengurusi perizinan, kami langsung memulai pendakian dengan berdoa karena segala sesuatu harus diawali dengan meminta dan memohon kepada robb Alam semesta, apalagi kita ingin mengunjungi tempat tempat semacam ini.
Pendakian melalui jalur petak banteng itu tidak memakan waktu lama..hanya sekitar 1 jam kita sudah sampai di pos1 dan kata jamet paling 3 jam kita sudah berada di puncak, mendengar hal itu kita langsung aja meneruskan perjalanan menuju puncak.
Saat perjalanan menuju pos satu kami di sungguhi dengan pemandangan kebun milik warga dah beberapa bukit di sekitar Dieng , di sini belum masuk zona hutan jadi cuacanya agak panas karena matahari yang begitu terik tapi tetep hawanya dingin, yahh pokoknya gitu dah..panas tapi dingin..haha.
Nah,, kalau sudah nyampe pos satu kita akan disambut dengan beberapa pohon Pinus walaupun gak banyak banget sii pohon pinusnya..tapi lumayan lahhh...buat spot foto-foto, disini juga terdapat beberapa warung jadi klo kalian ada rencana ingin kesini jangan takut kehausan dan kelaparan seperti di gunung-gunung lain, karena Prau termasuk dalam kategori gunung manja, hahaha.
Sambil bercanda-canda dalam perjalanan tak terasa kita sudah tiba di pos 2, di sini hutan cukup lebat kita rehat sejenak, ngopi-ngopi dan melakukan kewajiban sebagai seorang muslim,
Dari pos 2 untuk menuju pos 3 tidak terlalu jauh. Hanya saja medan nya yang terjal jadii Setengah jalan setengah istirahat.
Di pos 3 pohon-pohon juga mulai jarang jadi disini sudah terlihat jelas pemandangan desa petak banteng. Tapi sayang pada saat itu kabut begitu tebal, alhasil kami meneruskan perjalanan menuju puncak.
"Kita ngecamp dimana?".Tanya jamet sambil melihat lihat lokasi dan view yang cocok untuk mendirikan tenda.
"Disini ajah met" sahut oncom sambil menunjuk tempat, "di sini enak met bisa hammockan", tambah oncom.
Oh iya, kita sudah sampai di puncak gunung Prau. Memang tidak terlalu letih tapi pemandangan yang di janjikan tidak mengecewakan. Memang si kata beberapa pendaki gunung yang sudah melalang buana bahkan sampai lupa orang tua, haha. Nikmat puncak itu sebanding dengan letih yang kita rasakan saat mendaki jadi kalau sudah bener-bener merasakan letih disitulah nikmatnya mendaki.
Ngomong ngomong tentang nikmat nya puncak, gw mau cerita sedikit nih tentang pengalaman gw waktu di gunung Slamet, di situ gw bener-bener merasakan apa itu mendaki. Pokonya kesunyian hutan, kebersaman, kesetia kawanan, suka, dan duka lengkap sudah, intinya semua rasa ada disana, kecuali rasa duren. Haha. Bahkan pada saat sampai atap Jawa tengah, gw NANGIISS. Terharu..... Kerena pada saat itu gunung Slamet blom dibuka untuk pendakian kerena pasca erupsi. Jadi cuma anak-anak(teman) gw ajah yang ada di gunung itu.Â