Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entrepreneur

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik kepada lingkungan alam dan lingkungan sosial dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mirror Neuron System, Membentuk Peradaban Manusia?

4 November 2012   01:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:00 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1351985275497224561

[caption id="attachment_207396" align="aligncenter" width="640" caption="Mirror Neuron Effect (Wikipedia)"][/caption]

"Hasil penelitian biopsikologi menunjukkan bahwa Mirror Neuron System diperkirakan berperan penting dalam kesadaran sosial, lebih jauh lagi membentuk peradaban manusia. Adanya gangguan pada sistem ini berdampak pada timbulnya berbagai macam penyakit syaraf, misalnya autisme dan afasia (gangguan kemampuan bicara)."

"Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga", "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" atau dalam pepatah bahasa Inggris, "Like father, like son" dan "Monkey see, monkey do", adalah pepatah-pepatah yang telah lama ada dan beredar di tengah-tengah masyarakat, yang berarti bahwa sifat orangtua menurun kepada anak-anaknya atau karakter seseorang berasal dari karakter sosial budaya dimana ia tumbuh dan berkembang.

Pepatah-pepatah tersebut mulai dibuktikan kebenarannya di ranah saintifik.

Hal ini berawal dari studi sekelompok peneliti dari Universitas Parma, Italia, yang dipimpin oleh Giacomo Rizzolatti pada tahun 1992. Mereka menemukan sekelompok sel-sel otak yang diberi nama Mirror Neuron System (MNS) pada sejumlah kera.

Sel-sel yang berada di bagian premotor cortex dan inferior parietal cortexini, teraktivasi (fires) ketika kera-kera tersebut melakukan sesuatu dan ketika kera-kera tersebut mengamati kera lain yang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya.

Semenjak itu, hasil penemuan ini mendapatkan perhatian yang serius di kalangan para peneliti sistem syaraf. Dari hasil berbagai penelitian lanjutan, sel-sel ini ditemukan juga pada berbagai jenis burung dan primata, termasuk manusia.

Pada tahun 2004, Giacomo Rizzolatti dan rekannya, Laila Craighero dari Universitas Ferrara, Italia mempublikasikan hasil studi mereka di jurnal Neuroscience. Mereka menyebutkan bahwa kemampuan meniru (learn by imitation) adalah basis kebudayaan manusia melalui mekanisme neurofisiologi, Mirror Neuron System.

Temuan ini merupakan salah satu temuan neuroscience yang terpenting dalam dekade terakhir. Hasil penemuan yang bersifat revolusioner karena implikasinya yang sangat luas, mencakup bagaimana mekanisme berpikir, proses belajar, komunikasi, memahami tindak-tanduk/gerak-gerik orang lain, interaksi dan konflik sosial termasuk budaya kekerasan yang dipengaruhi oleh berbagai media.

Selain itu, pemahaman mengenai cara kerja MNS juga sangat bermanfaat dalam mengatasi  gangguan sistem syarafseperti autisme dan afasia.

Mengingat penemuan ini masih relatif baru, European Science Foundation (ESF) secara intensif mendiskusikannya, dan menjadi topik utama EU's 7th Research Framework Programme yang berjalan hingga tahun 2013.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun