Mohon tunggu...
Rahmad Agus Koto
Rahmad Agus Koto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Entrepreneur

Aku? Aku gak mau bilang aku bukan siapa siapa. Terlalu klise. Tidak besar memang, melalui niat dan usaha, aku selalu meyakini bahwa aku selalunya memberikan pengaruh yang baik kepada lingkungan alam dan lingkungan sosial dimanapun aku berada.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Teori Konspirasi Berpotensi Menghambat Kemajuan Penanganan dan Pencegahan Pandemi COVID-19

23 April 2020   11:57 Diperbarui: 23 April 2020   12:11 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cambridge Dictionary mendefenisikan teori konspirasi sebagai suatu kepercayaan yang meyakini bahwa sebuah peristiwa atau situasi tertentu adalah hasil dari rencana-rencana rahasia yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai pengaruh besar (powerful people).

Seiring semakin parahnya dampak pandemi CoViD-19, bermunculan sejumlah teori-teori yang menyebutkan bahwa bencana kesehatan dunia ini memang sengaja diciptakan oleh orang-orang atau organisasi tertentu untuk tujuan tertentu.

Diantaranya, kepercayaan atau teori yang menyebutkan pandemi ini sengaja diciptakan oleh Bill Gates yang dituduh berambisi mengurangi atau menekan laju populasi manusia di bumi dan teori yang meyakini bahwa SARS-CoV-2 penyebab penyakit CoViD-19 adalah senjata biologis hasil rekayasa manusia yang digunakan oleh suatu negara maju yang bertujuan untuk menciptakan suatu tatanan dunia yang baru.

Sementara itu dari sisi yang berseberangan, semakin hari semakin banyak hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjukkan sejumlah bukti dan penjelasan bahwa wabah ini memang terjadi secara alamiah. Hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan terkait dari berbagai negara di dunia ini.

Nigel McMillan ahli immunologi dari Menzies Health Institute Queensland, mengatakan bahwa semua fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab CoViD-19 berasal dari alam. Sebelum pandemi ini terjadi, seorang peneliti coronavirus yang bertujuan untuk membuat coronavirus baru, tidak akan merekayasa struktur genetik virus di laboratorium seperti struktur genetik SARS-CoV-2, karena hasil simulasi di laboratorium memperlihatkan karakter virus malah jadi memburuk.

Pada kenyataannya, virus SARS-CoV-2 sukses berkembang biak dan menyebar ke seluruh dunia, berhasil menjadi pandemi.

Coronavirus telah diteliti oleh para ilmuwan semenjak tahun 1964. Menurut Kristian Andersen dari Scripp Research, dari sekian banyak varian coronavirus yang telah dipelajari, samasekali tidak ada karakter genom yang sama dengan karakter genom SARS-CoV-2 yang baru. Karakternya unik, yang membuat semua ilmuwan di dunia ini menjadi kewalahan. Hal inilah yang membuat virus ini diberi gelar novel (baru). Novel Coronavirus.

Lantas, bagaimana mekanisme teori konspirasi berpotensi menjadi faktor penghambat yang signifikan bagi penanganan dan pencegahan pandemi CoViD-19?

Ketika pemikiran yang konspiratif itu ada, mindset akan berubah, cara pandang terhadap pandemi ini akan berbeda dibandingkan mindset bahwa virus ini murni hasil rekayasa alamiah.

Bila itu terjadi pada masyarakat umum, mungkin tidak akan jadi masalah besar. Paling-paling mereka akan bertambah bingung dan mungkin bisa mempengaruhi tingkat kewaspadaannya terhadap serangan CoViD-19.

Namun, akan menjadi masalah besar jika teori konspirasi yang tidak berbasiskan bukti ilmiah dan argumen yang logis mempengaruhi pihak yang berkuasa atau pemimpin suatu negara. Karena hal itu otomatis akan sangat mempengaruhi cara yang digunakannya untuk mengatasi wabah. Segala jenis tindakan penanganan dan pencegahan yang dipilih, secara langsung akan melibatkan kekuatan bersenjata atau berbau militer, yang bisa memperburuk keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun