Penulis mah bebas. Mau nulis karedok, woke. Mau nulis posmodernisme, oh yes. Mau nulis polisi, tetap mashook Pak Eko.
Berarti boleh dong nulis hoax dan sara? Secara etik ya nggak bolehlah. Lha katanya tadi bebas? Bebas di sini artinya tidak terjebak pada apa yang sudah ada. Huh itu kan artinya tak bebas juga? Mohon dimengerti, tiap-tiap sesuatu ada batasannya. Namun dalam menulis, batasannya hanyalah berkisar pada moralitas. Karena jika penulis itu amoral. Maka kestabilan masyarakat akan tergoncang. Ingat, penulis adalah pilar keberadaban.
Penulis dalam genre apapun, dalam zaman apapun, harus punya standar nilai. Prinsip-prinsip yang harus dipegang. Tidak boleh hantam kromo. Ini artinya ketika menjadi penulis sama dengan menjadi orang yang bijak. Karena karya yang dibuat, akan dibaca publik. Tentu persepsi orang, berbeda-beda saat menafsir makna teks. Maka ini merupakan beban bagi penulis untuk menyuguhkan "produk pikiran" secara matang.
Matang di sini maksudnya, tidak menjadikan pembaca mengalami mulas-mulas dan terkena diare hebat. Oleh sebab itu, jangan asal nulis. Karena nulis yang asal-asalan, akan berdampak serius dan bisa berlansung seumur kehidupan manusia. Maka berhati-hatilah. Tanamkan filter sebelum menulis. Saring sebelum sharing. Gimana Kakak? Siaaaaap grak!
Bojonegoro, 9 September 2018