Prabowo hanya bisa mengoceh saja, kata politikus dari kubu Jokowi-Ma'ruf Amin.Â
Bermula dari pernyataan Prabowo tidak akan mengimpor apa-apa jika menjadi presiden. Menurut politikus Hanura tidak masuk akal, membingungkan masyarakat yang menandakan kubu Prabowo-Sandi sendiri sedang bingung juga, bahkan ia mengatakan Prabowo hanya bisa mengoceh dan mencaci maki saja.
"Kebingungan Prabowo adalah antara janji dengan kenyataan, dia harus membuat janji, tapi dia sama sekali tidak punya planning agar janjinya bisa menjadi kenyataan. Wong bisanya Prabowo kan hanya mengoceh sambil mencaci maki doang alias ahli Al-Makiyun," kata Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir kepada wartawan (detik.com).
Tidak tertutup kemungkinan ada sebagian pihak yang mengatakan hanya pencitraan Prabowo saja ketika ia mengatakan tidak akan mengimpor apapun. Selama ini politikus dari kubu Prabowo-Sandi kerap melontarkan "hanya pencitraan saja" terkait kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.Â
Ternyata tidak sulit untuk menuding "hanya pencitraan saja", entah ditujukan kepada Jokowi maupun Prabowo atau siapa saja.Â
Apa dasarnya Indonesia mampu tidak melakukan impor apapun, meski sebatas tidak impor pangan atau swasembada pangan? Soeharto yang berkuasa lebih dari 30 tahun pun tak mampu melakukannya, padahal secara politik sangat kuat saat itu, tidak ada pihak oposisi yang sering mengkritik keras, juga Soeharto adalah jenderal bintang lima.
Bukan hanya Soeharto jenderal bintang lima yang tidak mampu melakukannya, begitu juga presiden sebelum dan sesudahnya.Â
Tapi benarkah Prabowo hanya bisa mengoceh saja seperti tudingan politikus Hanura tadi? Benarkah Indonesia tidak akan mengimpor apapun yang berkait dengan pangan hanya pencitraan Prabowo saja?
Jangan salahkan jika ada sebagian pihak yang tersenyum simpul dan mengatakan kalau tidak mengoceh serta mengumbar janji pada masa kampanye seperti sekarang ini bisa menjadi salah satu keajaiban dunia. Makanya ada yang mengatakan politikus itu seperti tukang obat pinggir jalan yang sedang meneriakkan dagangannya supaya laku dibeli oleh penonton.
Ada lagi istilah lainnya, yaitu tidak ada kecap nomor dua.Â
Kasus "Tampang Boyolali" Tidak Ada Unsur Politis