Mohon tunggu...
Lohmenz Neinjelen
Lohmenz Neinjelen Mohon Tunggu... Buruh - Bola Itu Bundar, Bukan Peang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://gonjreng.com/

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Julukan Jenderal Kardus Itu Masih Melekat

11 Agustus 2018   04:57 Diperbarui: 28 November 2018   09:04 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: tribunnews.com

Partai Demokrat akhirnya memutuskan bergabung dengan Koalisi Prabowo meski sebelumnya sempat uring-uringan karena bukan AHY yang menjadi cawapres Prabowo, melainkan Sandiaga Uno.

Meskipun demikian Wasekjen Demokrat Andi Arief menolak untuk meminta maaf karena pernah menuding PAN dan PKS menerima mahar sebesar Rp 500 miliar dari Sandiaga Uno.

"Saya kira bukan Demokrat yang harus menginisiasi permintaan maaf. Karena soal mahar kepada PAN dan PKS, itu asal-muasalnya bukan dari Partai Demokrat," ujarnya seperti dikutip dari detik.com (10/8/2018)

Ia pun tak mau mencabut pernyataan Jenderal Kardus.yang ditujukan kepada Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra dan kini pun seorang capres yang jika menang Pilpres 2019 akan menjadi Presiden Republik Indonesia.

"Saya tidak akan mencabut itu," tegas Andi Arief kepada Medcom. id (10/8/2018).

Mana yang lebih menyakitkan? Pernyataan Wasekjen Demokrat tadi terkait mahar Rp 500 miliar atau julukan Jenderal Kardus kepada Prabowo?

Masalah mahar Rp 500 miliar itu sepertinya tidak terlalu menyakitkan dibanding julukan Jenderal Kardus kepada Prabowo, sebab sudah ada penghalusan kata mahar, yaitu "logistik".

Setiap parpol butuh "logistik" untuk Pilpres 2019.

Tapi julukan Jenderal Kardus itu, jika masih terus melekat, dan ternyata Prabowo bisa juga menang Pipres 2019 serta menjadi Presiden RI, apa kata dunia nanti?

Maka dari itu perlu solusi ala "budaya timur".

Seperti apa bentuknya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun