Mohon tunggu...
Aji Septiaji
Aji Septiaji Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Berbagi kebaikan melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Literasi, Publikasi, dan Berpikir Kritis

13 Desember 2017   22:34 Diperbarui: 13 Desember 2017   22:52 1448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh. Aji Septiaji

Saat ini, Indonesia sedang mengalami kembali krisis literasi (baca-tulis). Berdasarkan penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara tersebut. Sementara, Vietnam justru menempati urutan ke-20 besar. 

Pada penelitian yang sama, PISA juga menampatkan posisi membaca siswa Indonesia di urutan ke 57 dari 65 negara yang diteliti. Perlu wujud nyata untuk membangkitkan semangat dan membudayakan kegiatan literasi, bukan hanya budaya orasi. Sebab dari pembiasaan budaya literasi dapat memunculkan nilai-nilai karakter pada setiap generasi.

Pada hakikatnya, penyebaran budaya literasi meliputi budaya baca dan tulis. Sedangkan, budaya orasi meliputi kebudayaan masyarakat dalam bertutur kata, dan menerima informasi. Dalam konteks keterampilan berbahasa bahwa literasi secara sederhana diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis. Seseorang dikatakan literat apabila mampu memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman terhadap isi bacaan tersebut.

(Finn, 1993: 210-212) mengemukakan bahwa inti literasi adalah kegiatan membaca-berpikir-menulis. Dalam kaitan itu, berpikir perlu dieksplisitkan, dengan alasan agar berpikir lebih ditonjolkan sehingga dalam praktiknya benar-benar merupakan kegiatan yang mendapat perhatian tinggi, bukan sekadar kegiatan tempelan dalam membaca dan menulis. Selain itu, para ahli juga menonjolkan berpikir dalam konteks kegiatan membaca dan mendengarkan seperti dalam frasa reading and thinking activity dan listening and thinking activity.

Sementara (Gillet, 1994: 44) menegaskan bahwa kegiatan yang merupakan perluasan berliterasi akan dibutuhkan hampir semua orang dalam abad ke-21 dalam masyarakat berbasis pengetahuan dan teknologi. Praktik membaca-menulis dalam kaitan ini lebih mengarah kepada membaca dan menulis untuk belajar atau reading and writing to Learn, atau (Pappas, 1990; Enanes, 1997) reading, writing, and critical thinking as tools for learning.   

Literasi dan berpikir kritis dapat saling mengisi keutuhan suatu budaya. Literasi terbentuk dari membaca dan menulis yang dilakukan secara konsisten, sedangkan berpikir merupakan proses kognitif yang tidak dapat dilihat secara fisik karena merupakan aktivitas mental seseorang. Semakin terampil seseorang dalam membaca dan menulis, semakin terampil pula dalam berpikir.

Sebuah budaya bisa berdampak luas ke masyarakat dan memiliki pengaruh jika ada media yang berperan, dan memiliki kekuatan dalam menyebarluaskan atau mempublikasikan. Bentuk publikasi tersebut bisa dalam karya baik cetak (seperti buku, jurnal, majalah, dan surat kabar) atau melalui media online. Karya-karya yang dipublikasikan bertujuan untuk memberi dampak positif dan memiliki pengaruh bagi perkembangan wawasan bagi masyarakat.

Ragam karya yang diciptakan dapat mempengaruhi para pembaca. Pengaruh inilah yang dapat menjadi sebuah kebiasaan atau karakter. Karakter yang terus menerus dibiasakan akan menjadi sebuah budaya. Budaya pada umumnya sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang melekat pada individu atau kelompok.

Keterampilan membaca dapat menjadikan seseorang kaya akan wawasan dan pengetahuan. Keterampilan menulis menjadikan seseorang terampil dalam mengelola dan mengolah wawasan dan pengetahuan yang dibuktikan melalui karya. Karya yang dipublikasikan menjadi ukuran bahwa literasi sebagai budaya mampu hadir dan berkembang. Budaya menjadi cerminan suatu bangsa, sebab kokohnya suatu bangsa karena semakin terpublikasikannya suatu karya.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun