Dalam perjalanannya, karena dijaman dulu belum ada bentuk kalender tempel seperti pada masa sekarang maka, dirumuskan sebuah metode untuk bisa mengetahui jatuhnya atau keberadaan hari, pasaran, tahun, serta windunya tanpa harus melihat kalender tempel, dengan menggunakan perhitungan tahun berdasarkan pada rumus neptu yang ada. Keberadaan angka - angka neptu tersebut memudahkan orang dalam menghitung tanggal satu setiap bulan, bahkan windu beserta tahunnya, hingga beberapa tahun ke depan. Perhitungan tahun berdasarkan neptu ini hanya berlaku untuk tahun Jawa dan tidak bisa digunakan untuk menghitung tahun Masèhi.
Demikian tulisan singkat terkait tahun Jawa cara penghitungannya berdasar rumus neptu, semoga tulisan singkat dan dangkal ini sedikit bisa memberikan sumbangan informasi untuk penelitian - penelitian yang sifatnya lebih komprehensif dan bernilai ilmiah tinggi. Semoga bermanfaat.
*) Sumber ;
Hefner, W. Robert, 2004, Hindu Javanese. Tengger Tradition and Islam -- Culture Challenge and Culture Hero : The Tale of Ajisaka and Mohammad. Princeton University Press.
Pakubuwono V. 1986. Babon ingkang Kalatinaken ; Serat Centhini. Yayasan Centhini. Yogyakarta : C.V. Percetakan "Surya Gading".
Prasaja, Setya Amrih, 2006, Serat Ajisaka Pupuh I Dhandhanggula ; Suntingan Teks, Terjemahan, dan Analisis Wacana. Skripsi Sarjana, Sastra Nusantara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sindhunata. Tanpa tahun, Pawukon. Yogyakarta : Bentara Budaya.
Tjakraningrat, Pangeran Harya, 2001. Kitab Primbon Betaljemur Adammakna. Yogyakarta : Penerbit soemadidjojo.
[1] Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Sanden, Bantul - Daerah Istimewa Yogyakarta.