Mohon tunggu...
Ajirism
Ajirism Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Pembelajar Sepanjang Hayat...Aamiin

Selanjutnya

Tutup

Mudik Cerdik Pilihan

Mudik, Lebih daripada Sekadar Pulang ke Kampung Halaman

31 Mei 2019   04:27 Diperbarui: 31 Mei 2019   04:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jangan panik, mari mudik!"

Slogan Mudik Kementerian Hubungan Jalan Terlarang (Kemenhujat)

Slogan baru besutan dari Kementerian Hubungan Jalan Terlarang --disingkat Kemenhujat-  daerah antah berantah ini sungguh menggelitik. Menteri menghimbau warga agar tidak panik menjelang hari raya tiba, karena dipastikan kementerian bersama barisan para mantan dan lembaga terkait sudah mempersiapkan jalur terlarang untuk mudik lebaran tahun ini.

Itulah sepenggal liputan yang dikarang oleh media yang karangan juga. Hahaha. Jadi begini, Hari Raya Idul Fitri akan segera tiba, itu berarti Bulan Ramadan akan segera berakhir. Pulang ke kampung halaman saat hari raya sudah menjadi tradisi sejak jaman mbah buyut, mbah canggah bahkan mungkin masa sebelum masehi. Tradisi inilah yang sering disebut Mudik.

Orang-orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman untuk merayakan hari raya yang hanya ada setiap setahun sekali ini. Setelah rela untuk meninggalkan rumah demi mengadu nasib di tanah rantau. Nasib dan keadaan memaksa orang untuk pergi merantau. Demi sesuap nasi, mencari rezeki sampai menempuh berkilo-meter jaraknya menuju ibu kota.

Berbekal segenggam asa yang terus dipupuk sampai asa segenggam menjadi asa sedepa atau bahkan mungkin setinggi angkasa. Saling memikul, berkumpul, walaupun ada yang memukul tapi tak akan mundur. Mental sebagai anak rantau yang tangguh dan kuat terbentuk di ibu kota.

Setiap hari dijalani di tengah teriknya matahari. Hiruk pikuk jalanan dan seluruh problematikanya, membuat stress yang tak terhingga. Namun berkat doa dan dukungan orang di kampung membuat sadar bahwa masih ada yang harus dibahagiakan. Sehingga menjadi pemacu semangat untuk terus beradu dipadatnya ibu kota, yang kata orang-orang lebih kejam dari ibu tiri --itu mungkin benar adanya-.

Tak bisa dibayangkan, aku sebagai orang kampung tulen merasa senang sekaligus susah. Senang karena disini serba ada, susah karena ada saja cobaannya. Tapi ini adalah hidup yang harus terus dijalani apapun yang terjadi. Jadilah aku anak rantau sejati.

Setelah berjuang di tanah rantau ibu kota, sudah saatnya menjalani tradisi mudik. Membawa segalah hal yang baik dari kota dan meninggalkan segala yang buruk. Menuju tempat yang ada halaman yang luas, pepohonan rimbun, udara sejuk dan air jernih mengalir deras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mudik Cerdik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun