Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi UNIK dari Sosok GUNTUR Soekarnoputra

3 Desember 2011   06:23 Diperbarui: 4 April 2017   16:14 40816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa kisah unik tentang sosok putra sulung Bung Karno, Muhammad Guntur Soekarnoputra, yang saya kutip dari berbagai sumber dan juga dari beberapa cerita dari ayah saya dan teman-teman yang pernah tahu tentang cerita diseputar Mas Guntur yang lebih akrab dipanggil "Mas Tok" oleh Bung Karno. Sosok Guntur ini adalah sosok yang sangat diharapkan oleh banyak masyarakat bisa menggantikan kharisma Bung Karno sebagai pemimpin nasional, namun sangat susah untuk membujuk beliau, diidentikkan dengan Bung karno saja beliau selalu menolak. Sosok ini sangat jauh dari publikasi dan bahkan selalu menghindar dari berbagai publikasi, disinilah sisi uniknya seorang Guntur Soekarnoputra. Pria kelahiran Jakarta 4 Nopember 1944 adalah sosok yang sangat mirip dengan karakter Bung Karno, sehingga banyak sekali orang yang ingin melihat sosok Bung karno lewat dirinya, seperti beberapa kisah dibawah ini: Guntur dan Pici Hitam Bung karno Berdasarkan cerita ayah saya yang juga pengagum berat Bung karno, pernah suatu ketika tidak lama setelah Bung karno Wafat, yakni sekitar tahun 70-an, banyak orang-orang yang masih terkagum-kagum dengan sosok Bung karno, meminta agar Mas Tok, panggilan akrab Mas Guntur, memakai Pici Hitam yang pernah dipakai Bung karno untuk keperluan pemotretan, karena mas tok dianggap sangat mirip dengan Bung karno, tapi tidak satu orang pun berhasil membujuknya agar memakai Pici Hitam tersebut. Hal inilah yang membuat banyak orang penasaran. Entah apa yang menjadi alasan mas tok tidak ingin melakukannya. Sampai sekarang belum pernah ada yang melihat mas tok memakai Pici Hitam, baik diacara kenegaraan atau pun acara lainnya. Memerankan Tokoh Bung Karno Menurut cerita seorang teman yang pernah terlibat dalam produksi Film "Kuantar Kegerbang," film yang mengisahkan percintaan dan perjalanan cinta dan perjuangan Bu Inggit Ganarsih, istri Bung Karno yang usianya lebih tua dari Bung Karno. Film ini merupakan produksi pertama seorang pengusaha yang cukup terkenal, hanya film ini yang ingin dia buat, lalu untuk pemeran Bung karno ditawarkan pada Mas Guntur Soekarnoputra, tawaran ini tidaklah main-main, karena Mas Tok disodorkan selembar cek yang belum diisi jumlah nominalnya, kalau mas tok bersedia silahkan isi sendiri nilai nominalnya. Rupanya produser tersebut harus kecewa dan membatalkan produksi film yang sudah mau mulai produksi tersebut, karena mas tok menolaknya dengan ringan tanpa keinginan sama sekali. Aalasan penolakannya hanya semata karena dia harus memerankan sosok Bung karno, sehingga produser tersebut pun menghentikan sama sekali produksi film Kuantar ke Gerbang, dan tidak pernah berniat memproduksi film apapun selain film tersebut. Tidak ada yang tahu apa yang menjadi alasan mas tok tidak ingin menjadi sosok Bung karno, dan diidentikkan dengan Bung karno. Terjun ke Kancah Politik Banyak masyarakat yang berharap agar Mas Tok (Guntur) terjun ke Kancah Politik, namun lagi-lagi harapan itu hanya sia-sia, mas tok sama sekali tidak berminat terjun ke politik, padahal semasa dia masih kuliah di ITB, dia termasuk salah seorang aktivis. Seperti yang saya kutip pada detiknews : Seratusan orang mendatangi kediaman Guntur Soekarnoputra. Mereka meminta, putra sulung Bung Karno itu kembali ke kancah politik. Ratusan orang yang menamakan diri Koalisi Rakyat itu tiba di kediaman Guntur, Jl. Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat, Rabu (28/7/2004), dengan menggunakan 8 metromini. Rumah Guntur sendiri dari luar nampak sunyi senyap. "Kami ingin meminta Mas Guntur kembali ke dunia politik dengan mengimbau rakyat untuk menggunakan hak pilihnya. Kami tidak mendukung salah satu capres, kami hanya mau Pemilu berjalan lancar," kata Jusuf Legur, juru bicara koalisi rakyat. Jusuf mengatakan, desakannya kepada Guntur bukan tanpa alasan. Tanpa dasar yang jelas, Jusuf mengatakan, sosok Guntur dirindukan banyak orang. "Suara Mas Guntur masih didengar oleh banyak orang," tukas Jusuf. Dari luar, rumah Guntur nampak sepi. Tidak ada tanda-tanda kalau sang tuan rumah ada di rumah. "Sejak kemarin bapak tidak ada di rumah. Bapak pergi keluar kota," kata Soenardi, satpam di rumah Guntur. Massa Koalisi Rakyat nampaknya tidak peduli dengan penjelasan Soenardi. Massa yang sebagian besar terdiri orang tua dan anak-anak itu tetap setia mendengarkan orasi pimpinannya. Sesekali, mereka berteriak...hidup rakyat...hidup rakyat. Pernah memberikan Orasi politik saat memperingati hari 108 tahun hari kelahiran Bung karno, itupun hanya tampil sekitar 10 menit, seperti yang saya kutip dari Kompas.com : Putra sulung Soekarno, Guntur Soekarnoputra, tampil di hadapan ribuan massa yang menghadiri peringatan 108 tahun hari lahir Sang Proklamator di Lapangan Tugu Monumen Kebulatan Tekad, Rengasdengklok, Karawang, Jabar, Sabtu (6/6). Guntur, yang selama ini jarang tampil di depan publik, menyampaikan orasi politik sekitar 10 menit. Isi orasi singkatnya tersebut adalah : "Hari ini kita memperingati hari lahir 108 tahun Bung Karno. Bicara Bung Karno, kita ingat apa yang beliau wariskan kepada kita, terutama pikiran-pikiran Bung Karno, ideologi Bung Karno, adalah warisan yang hidup sepanjang massa," ujar Guntur.
Ada cerita lain tentang Guntur ketika bersama ayahnya dan Megawati adiknya, saat makan bersama Presiden Amerika Serikat John F.Kennedy, di White House, seperti yang saya kutip dari tulisan Roso Daras, seorang penulis Buku tentang Bung Karno di Blognya: rosodaras.wordpress.com : Adalah Guntur Soekarnoputra yang pada tahun 1961 berkesempatan makan siang di ruang makan White House. Ia dan adiknya, Megawati, diajak sang bapak, menghadiri jamuan makan siang di Gedung Putih. Menurut catatan Guntur dalam bukunya, semua makanan yang dihidangkan sama sekali tidak ada yang menggugah selera, kecuali satu… steak daging sapi yang begituenyak…enyak… enyak.…. Singkatnya, Guntur sangat menikmati saat garpu menusuk daging, dan pisau diiris-iriskan di permukaan daging, lantas sekerat daging empuk menghampiri lidah… melayanglah cita rasa steak ala White House. Nah, entah tusukan yang keberapa, entah irisan yang keberapa… Guntur menjumpai bagian daging yang begitu alot. Itu artinya, Guntur harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menundukkan si daging alot tadi. Apa yang terjadi kemudian? Pada irisan dengan tekanan penuh, si daging pun melawan… mencelat dan… wuusshhh… daging itu terbang melayang… jatuh tepat di piring Presiden Kennedy! Wajah keenakan Guntur berubah menjadi pucat… takut… dan Kennedy tahu situasi itu, kemudian mencairkan suasana dengan kalimat bersahabat dalam bahasa Indonesia terbata-bata… “Hati-hati… tidak apa-apa… rupanya juru masak kami kurang teliti dalam memasak steak sehingga agak alot untuk diiris….” Bung Karno menimpali, “Well John… rupanya putraku tahu bahwa kau sekarang punya senjata ampuh paling mutakhir yaitu ICBM (inter continental balistic missiles) sehingga ia mengirimkan juga sebuah “missiles”-nya buat tandingannya.” “Ha…ha…ha… that’s right….” Kennedy tertawa menyambut humor Bung Karno. Tapi pasti di benaknya ia berpikir keras, darimana Sukarno tahu Amerika sekarang punya ICBM? Sedangkan informasi itu masuk kategori top secret di Amerika Serikat. Bahkan rakyat Amerika sendiri tidak tahu. Demikianlah cerita tentang sisi unik dari Sosok Muhammad Guntur Soekarnoputra,  Putra Sulung Mendiang Presiden Indonesia pertama, Ir.Soekarno. Tulisan ini tidak dapat menyajikan biografi lengkap mas Guntur, karena saya sendiri juga kesulitan mencarinya di media online. Semoga saja tulisan ini bisa menambah referensi dan ada manfaatnya bagi pembaca. Sumber tulisan : http://nasional.kompas.com/read/2009/06/06/15442941/Guntur.Soekarnoputra.Sampaikan.Orasi.Politik http://rosodaras.wordpress.com/tag/guntur-soekarnoputra/ http://www.detiknews.com/read/2004/07/28/121247/182691/10/guntur-soekarnoputra-diminta-terjun-ke-kancah-politik

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun