[caption id="attachment_181911" align="aligncenter" width="576" caption="Illustrasi : karikatur Kompas print"][/caption] Pemimpin di negeri ini seakan gamang menghadapi budaya import dari luar, namun senang mengimport semua bentuk bahan kebutuhan pokok masyarakat, bahkan yang bisa di produksi sendiri pun tetap saja di import. Kedatangan seorang Irshad Manji saja begitu ditakuti, begitu juga kedatangan Lady Gaga. Sangat sepakat kalau dikatakan pemerintah sangat melindungi masyarakat terhadap berbagai pengaruh buruk kedua orang tersebut diatas, sebetulnya pemerintah tidak perlu repot-report atau ketakutan dengan berbagai pengaruh buruk yang masuk di era keterbukaan imformasi sekarang ini, kalau membangun masyarakat yang cerdas menjadi prioritasnya. Dengan kecerdasannya masyarakat akan tahu mana pengaruh yang baik dan mana yang buruk. Pengaruh yang buruk itu tidak saja dari budaya import, "Prilaku buruk para Pejabat Negara" juga merupakan sesuatu yang berdampak buruk bagi generasi muda, bahkan bisa lebih berbahaya dari pengaruh yang dibawa Lady Gaga. Tidak datang pun Lady Gaga tidak menjamin bisa membendung pengaruh buruknya, karena di era keterbukaan imformasi sekarang ini, Lady Gaga penampilan Lady Gaga bisa dilihat dari berbagai media. Hampir setiap hari kita teracuni oleh doktrin-doktrin yang dogmatis, yang membuat wilayah berpikir menjadi sempit. Kalau Ketua PB NU, K.H. Said Agil Siradj mengatakan tadi malam (16/5/2012), dalam acara Indonesia Lawyer Clup : "Sejuta Lady Gaga pun datang, tidak akan berpengaruh apa-apa kalau kita yakin memiliki keimanan, setiap hari dan setiap saat iblis mempengaruhi kita" Kalau secara tersirat pernyataan ucapan Said Agil Siradj ini penulis menyimpulkan, setiap pengaruh yang masuk itu bagaimana kita menyikapi saja, memang tidak semua orang bisa bersikap demikian. Tapi untuk mengantisipasi setiap pengaruh buruk tersebut, perlu sekali meningkatkan kecerdasan dan keimanan masyarakat sebagai benteng pertahanan. Selama secara budaya kita lemah, maka budaya asing akan terus tercerna. Kurang perhatiannya kita terhadap budaya sendiri sehinga tergagap-gagap mengahadapi pengaruh budaya asing, melahap semua budaya asing tanpa perlu mencernanya lagi. Padahal dalam ke Bhinekaannya, Indonesia ini sangat kaya akan budaya, tapi apalah artinya kaya budaya kalau masyarkatnya tidak menghargai budaynya sendiri.