[caption caption="sumber gambar: @komunalstensil"][/caption]
"Jadi Pak Kancil itu diambil di rumahnya, terus dibawa ke balai desa. Di balai desa dipukuli beramai-ramai oleh orangnya kepala desa ini, setelah dipukuli di situ, akhirnya dibawa ke areal pemakaman, terus dibunuh di sana, langsung dibunuh di situ. Kemudian, yang satu lagi, namanya Pak Tosan, itu dipukuli di rumahnya, dibacok sampai Pak Tosan lari ke lapangan, tapi tetap dikejar, dikeroyok, dan kondisinya masih kritis di rumah sakit," kata Aak kepada KBR, Sabtu, (26/9).
Inilah potret kekejaman Preman yang menjadi kaki tangan "Penguasa Kampung" yang juga merupakan "Mafia Tambang Pasir." Betapa naasnya Salim Kancil (52 th) yang ingin menyuarakan kebenaran dihabisi tanpa prikemanusiaan oleh orang-orang yang sekampung dengannya, hanya karena Salim Kancil tidak mau tutup mulut melihat kegiatan penambangang pasir ilegal yang mengancam kehidupan orang-orang dikampungnya.
Fakta ini juga menguak betapa lemahnya penegakan hukum di Republik ini, membunuh menjadi suatu hal yang mudah dilakukan ketika para pelakunya dilindungi kekuasaan, ada apa sebetulnya dengan negara ini. Pak Tosan (51 th) Â mengalami hal yang serupa, hanya saja Pak Tosan bernasib baik tidak langsung meregang nyawa ditempat, namun kritis setelah dipukuli dan dibacok secara beramai-ramai oleh preman yang sama.
Aktivis lingkungan Lumajang, Aak Abdullah Al Kudus menjelaskan, kepala desa melakukan penambangan pasir sekitar dua tahun di kawasan pesisir Pantai Selatan Lumajang. Padahal, aktivitas ini tidak memiliki izin karenanya mendapat penolakan warga.Â
Selain itu, penambangan pasir ditentang karena merusak lingkungan. Kata dia, warga telah berulang kali melaporkan hal ini kepada pemerintah daerah, tetapi tidak digubris. Bukankah seharusnya pemerintah daerah memberikan respon terhadap laporan warga, dan mengambil tindakan terhadap para pelaku penambangan pasir ilegal, atau hanya karena pemerintah daerah pun sudah menerima upeti dari mafia penambang pasir ilegal, sehingga kasus pembunuhan ini terjadi.
Salim Kancil dan Pak Tosan memang bukanlah siapa-siapa, tapi apa yang sudah mereka lakukan adalah sebuah tindakan yang terpuji dan perlu diapresiasi, bukankah mereka berdua ini sudah turut menjaga kelestarian lingkungan, dan tidak membiarkan begitu saja alam dirusak hanya demi kepentingan segelintir orang, kenapa bukan aparat desa yang seharusnya turut menjaga kelestarian lingkungan, tapi malah membiarkan premanisme merajalela dilingkungan kampungnya.
Sumber berita : http://m.portalkbr.com/09-2015/tolak_penambangan_pasir_ilegal_di_lumajang___kancil__tewas_dianiaya_40_preman/76228.html