Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

[Catatan] Demokrasi Abal-abal

11 Mei 2013   08:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:45 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi : www.beritaazam.com

[caption id="" align="aligncenter" width="637" caption="illustrasi : www.beritaazam.com"][/caption] Demokrasi Abal-abal sebuah Catatan Betapa semrawutnya negeri ini, negeri yang memiliki Pemerintahan namun terkesan tidak "terpimpin." Kedok Demokrasi hanya untuk berbuat sesuka hati, membiarkan imprealisme dalam kedok investasi, yang pada akhirnya hanya memperkecil hak dan kedaulatan masyarakat pribumi. Lihat saja lahan-lahan dijual atas nama kekuasaan dan kesenangan pribadi para penguasa dinegeri ini. Kesetaraan hidup yang semakin senjang, yang senang semakin senang dan yanh susah pun semakin meradang. Atas nama demokrasi setiap orang semakin bisa berbuat sesuka hati, pembunuhan dan korupsi menjadi santapan berita sehari-hari, sementara pemimpin terus mengagungkan pertumbuhan ekonomi yang sudah menghirup darah kemiskinan yang smakin menjadi. Adakah pantas kita berbangga dengan pertumbuhan ekonomi, sementara maraknya investasi hanya menguntungkan para kapitalis, kesejahteraan hanya menjadi milik kaum berpunya dan pemegang kebijakan. Bukankah seharusnya semakin banyak investasi semakin banyak pula yang tersejahterakan. Betapa miris dalam alam demokrasi sekarang ini, para koruptor pun mendapat perhatian khusus dari para aparat hukum, mendapat perlakuan khusus bisa ada diluar penjara dengan seenaknya, sama halnya dengan para gembong narkoba yang bis mengedarkan narkoba dari dalam penjara. Hukum yang mati suri namun bisa bertindak kejam terhadap rakyat tak berpunya. Inikah Demokrasi ? Membunuh sudah menjadi sesuatu hal yang biasa, apalagi kalau yang melakukanny adalah aparat negara. Betapa semrawutnya negeri ini, seperti semrawutnya lalu lintas dijalanan, melawan arus tidak lagi dianggap pelanggaran. Melawan hukum bagi yang memiliki kekuasaan bukanlah pelanggaran, sementara hukum bisa tegas terhadap jelata tanpa bisa melawan. Benarlah kita sedang ada dalam era demokrasi abal-abal, demokrasi yang hanya sekedar diteriakkan tanpa pernah benar diimplementasikan. Pemimpin bersuka cita, maka rakyat pun berduka cita, inikah demokrasi yang kita agungkan, seperti inikah yang kita cita-citakan.?

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun