Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Dua Pelukan Politik Surya Paloh yang Berbeda

13 November 2019   07:44 Diperbarui: 13 November 2019   08:56 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunews.com

Dalam politik sebuah pelukan bisa menjadi multitafsir, karena gesture tubuh saat memeluk akan memberikan tafsir yang berbeda.

Jangankan dalam politik, dalam hubungan sosial saja sebuah pelukan mempunyai arti tersendiri. Ada pelukan yang begitu hangat dikarenakan perasaan rindu.

Ada juga pelukan penuh kasih dikarenakan perasaan cinta, dan juga ada pelukan persahabatan yang dikarenakan rasa kedekatan.

Dalam politik, sebuah pelukan akan menjadi sangat sensitif, karena terkait dengan berbagai tafsir kepentingan politik itu sendiri. Jadi tidak perlu gusar kalau ada yang menafsir dengan negatif.

Inilah kehebatan Surya Paloh, hanya dengan sebuah pelukannya terhadap Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sohibul Iman, dia bisa menyita perhatian publik, bahkan para tokoh politik, juga perhatian Presiden RI.

Dia yang tadinya seakan terasing ditengah keramaian koalisi pemerintah, paska masuknya Gerindra dan Prabowo kedalam Pemerintahan, tiba-tiba begitu menyita perhatian.

Puncak acara kongres ke-2 Partai Nasdem, yang juga sekaligus penutupan kongres dan HUT ke-8 Partai Nasdem, menjadi akhir sebuah drama yang sudah dibangun Surya Paloh dengan Happy Ending.

Partai yang dicibir Surya Paloh sebagai Partai yang tidak memberikan teladan pancasilais, malah turut hadir sebagai Undangan, dan tidak tanggung-tanggung Ketua Umumnya, Megawati Soekarno Putri pun ikut hadir bersama putrinya yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani.

Ini sebuah kejutan yang luar biasa bagi Surya Paloh, karena sesuai dengan rencana, Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir untuk menutup acara kongres, yang sudah dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sebelumnya.

Puncak acara kongres ke-2 Partai NasDem, menjadi momentum mencairnya kebekuan hubungan politik, dan penyelesaian dari berbagai prasangka yang sempat membuat komunikasi politik menjadi disharmoni.

Ada yang cukup menarik perhatian publik dalam puncak acara tersebut, dimana Surya Paloh berhasil mewujudkan keinginan Jokowi, atas kecemburuannya terhadap Sohibul Iman. Surya Paloh memeluk Jokowi dengan penuh persahabatan.

Berbagai kalangan menganggap pelukan Surya Paloh terhadap Jokowi tersebut, sebagai simbol mencairnya seluruh kebekuan politik. Secara kontekstual bisa ditafsirkan begitu, tapi dalam politik banyak sisi yang harus dilihat kedepan.

Ada dua pelukan yang berbeda konteks, pertama, pelukan Surya Paloh terhadap Sohibul Iman. Kedua, pelukan Surya Paloh terhadap Jokowi. Sepintas terlihat kedua pelukan tersebut sama maknanya, tapi dalam hal suasana jelas berbeda.

Pakar ekspresi, Handoko Gani yang turut mengamati baik pelukan Surya Paloh terhadap Sohibul Iman, juga mengamati pelukan Surya Paloh terhadap Jokowi. Hadoko menilai, secara ekspresi dan gesture, kedua pelukan Surya Paloh tersebut ada perbedaan, seperti yang saya kutip dari Detik.com.

"Pesannya bukan di pelukan. Ini jangan terpaku pada pelukan. Ini justru mengingatkan. Ketika kita melihat pelukan antara Surya Paloh-Sohibul Iman versus Surya Paloh-Jokowi, sesungguhnya kita melihat dua jenis pelukan yang memang berbeda. Surya Paloh-Sohibul Iman tentunya spontan. Sedangkan, Surya Paloh-Jokowi tentunya tidak spontan," kata Handoko kepada wartawan, Selasa (12/11/2019).

Handoko menduga perbedaan pelukan ini ada karena faktor emosi itu sendiri. 

"Hipotesis saya, perbedaan kedua adalah pada emosinya itu sendiri. Kita tahu bahwa berpelukan antarpria di Indonesia itu sesuatu hal yang bukan budaya. Kebiasaan pun hanya dilakukan bila kedua belah pihak terbiasa dengan berpelukan," ujarnya.

"Kita melihat bahwa pelukan Paloh-Sohibul adalah pelukan bermakna keakraban, dengan perasaan pertemanan yang gembira. Sementara, pelukan Paloh-Jokowi adalah pelukan yang lebih bermakna 'saling memaklumi, saling memaafkan, saling guyup kembali'," lanjutnya.

Pengamatan Handoko ini ada benarnya, karena secara emosional pelukan Surya Paloh-Sohibul Iman, memang secara pagutan emosinya berbeda dengan pelukan Surya Paloh-Jokowi. 

Pertanyaanya kenapa bisa berbeda.? Ya jelas berbeda baik dari segi momentum maupun dari segi suasana hati.

Pelukan Surya Paloh-Sohibul Iman, adalah pelukan dua orang yang merasakan sama-sama tersisihkan dari kelompok besar, sehingga suasana hatinya membuat mereka merasa sebagai teman senasib. Maka wajar kalau pelukan tersebut berpagut dengan penuh emosional.

Sementara, pelukan Surya Paloh-Jokowi lebih kepada dorongan untuk menyelesaikan kesalahfahaman. Bisa juga ditafsir sebagai pelukan politik yang lebih kepada emosi untuk rekonsiliasi. Juga bisa dikatakan sebagai pelukan antara Abang dan Adik.

Jokowi sendiri menikmati pelukan Surya Paloh lebih kepada niatnya untuk menyelesaikan berbagai kesalahfahaman, tidak fokus kepada pelukannya. Begitu juga Surya Paloh, sehingga pelukan tersebut memang dibutuhkan untuk menutup semua drama agar Happy Ending.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun