Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eyang Habibie yang Humanis, Religius, dan Tidak "Cinaphobia"

13 September 2019   18:35 Diperbarui: 13 September 2019   18:37 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau mau mencari Teladan sosok Ummat Muhammad Shallallhu'alaihi wa Sallam, lihatlah Akhlak eyang Habibie. Mendiang Eyang Habibie adalah sosok yang sangat Humanis dan relegius, sehingga implementasi Habluminnanas- nya sangat luar biasa, tidak membedakan Warna kulit, agama dan ras.

Eyang Habibie tidak membuat jarak dengan siapapun yang ditemuinya, sangat terkesan Humble bagi orang-orang yang mengenalnya. Selalu berusaha untuk akrab dengan siapa saja, tanpa memandang derajat dan status sosial dalam masyarakat, semua dianggap sejajar dan sama.

Yang hebatnya lagi, di saat orang-orang Phobia dengan Cina, eyang Habibie tidak memperdulikan hal-hal semacam itu, bahkan sejak di SMA sudah berteman akrab dengan sahabatnya yang keturunan Cina, tanpa sekat agama dan kesukuan.

Mereka bahkan sama-sama menuntut ilmu di Jerman. Teman Habibie itu bernama Lim Keng Kie. Seorang keturunan Tionghoa yang tumbuh besar di Bandung, Jawa Barat. Bedanya kalau Lim mendapat Bea Siswa, sementara Habibie biaya sendiri.

Bagi Eyang Habibie, Lim bukan saja sebagai teman, tapi juga sudah seperti saudara. Lim sangat memperhatikan Habibie, begitu juga sebaliknya. Tidak jarang Lim menasehati Habibie, karena Habibie sering berkata kasar kepada teman-temannya yang dianggap bodoh.

Lim bukanlah dari Keluarga yang kaya, namun karena dia mendapatkan beasiswa dan bisa berhemat, tidak jarang Lim membantu Habibie disaat kiriman uangnya terlambat.

Sebagai seorang mahasiswa yang terbilang dari Keluarga yang religius, namun hidup dengan prihatin, Habibie tidak pernah tinggal sholat dan Puasa sunnah Senin-Kamis. Pernah suatu ketika Lim mengajak Habibie makan diluar, namun dengan halus Habibie menolaknya.

Habibie memberikan alasan sedang Puasa Senin-Kamis, namun dengan becanda dibalas sama Lim, "Puasa Senin-Kamis kok di Hari Rabu Rud..inikan hari Rabu." Kebetulan hari itu hari rabu, bukan hari senin atau Kamis, jadi penolakan Habibie kurang tepat alasannya.

Itu sepotong kisah yang dituliskan Gina S Noer, penulis buku Rudy: "Kisah Sang Masa Muda Sang Visioner," yang didalamnya menggambarkan Lim Keng Kie sebagai sosok yang sering menasihati Habibie.

Masih dalam buku itu juga diceritakan bahwa, Habibie tahu ada jurusan teknik penerbangan dari Lim Keng Kie. Keduanya kemudian kuliah di RWTH-Aachen. Hubungan keduanya memang semata atas dasar ikatan kemanusiaan, bukan karena hal-hal lainnya.

Persahabatan keduanya sempat terpisah, ketika Lim pulang ke Indonesia, sementara Habibie tetap meneruskan tinggal di Jerman dan bekerja di sana.

Dia (Lim)kemudian menjadi dosen di Universitas Trisakti. Belakangan Lim Keng Kie terjerat masalah karena dianggap terkait dengan Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki), organisasi sayap PKI.

Saat kehilangan pekerjaan, Lim Keng Kie sempat menghubungi Habibie untuk meminta bantuan. 

Habibie sempat mencarikan pekerjaan untuk sang sahabat itu ditempatnya bekerja. Namun, ada beberapa hal yang menghalangi Lim untuk kembali ke Jerman.

Belakangan Lim Keng Kie memilih hijrah ke Amerika Serikat. Meski terpisah jarak jauh kedua sahabat ini tetap menjalin komunikasi.

Ketika Habibie menjadi Presiden, menggantikan Soeharto yang lengser Keprabon, Habibie sempat mengundang Lim untuk pulang ke Indonesia, Lim diminta untuk datang ke Istana negara. 

Sayangnya Lim menolak keinginan Habibie, dia tidak ingin kehadirannya akan menjadi masalah bagi Habibie.

Masih terkait Cinaphobia, Eyang Habibie menjelaskan mengenai awal kehadiran Islam di nusantara. Menurut dia, Islam datang ke Indonesia dan diperkenalkan pertama kali lewat bangsa Cina, melalui laksamana Cheng Ho.

"Hadiah terbesar bangsa Cina ke Indonesia adalah agama Islam," kata Habibie ketika memberikan ceramahnya di Masjid Lautze, Pasar Baru, Jakarta, Jumat (29/8) 2013 lalu.

Itulah kenapa Eyang Habibie tidak Phobia Sama etnis Cina, disaat banyak tokoh dan elit politik bahkan sekelas Ulama begitu sangat phobia terhadap Cina. Inipun merupakan sebuah teladan yang diberikan Eyang Habibie terhadap Ummat Islam dan rakyat Indonesia.

Almarhum Eyang Habibie sangat memahami sejarah tentang awal masuknya Islam ke Nusantara, bahkan sisa peradaban Cina sangat kental didalam kebudayaan kita, hampir rerata sebagian besar daerah Indonesia sangat kental dipengaruhi budaya Cina.

Eyang Habibie juga menjelaskan, Islam lahir 14 Abad silam. Saat itu, Islam memang belum sampai ke jazirah Tiongkok. Baru ketika jalur perdagangan dibuka 700 tahun kemudian Islam sampai di Cina. Kemudian, Laksamana Cheng Ho datang ke Nusantara membawa misi damai dan Islam pun dikenal masyarakat Indonesia ketika itu.

"Ini yang sering saya katakan ketika saya bertemu siapa pun, termasuk tokoh dunia. Ketika saya ke Cina, saya diberitahu, umat Islam yang saya temui ini lah orang-orang yang memperkenalkan Islam ke negara Anda," kata dia.

"Saya bilang ke pimpinan Beijing, saya bilang ke pimpinan Jerman, agama Islam datang ke Indonesia dengan damai bukan peperangan," kata dia.

Sumber : 1/2/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun