Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Isu Penumpang Gelap Kambing Hitam Menuju Koalisi Pemerintah

15 Agustus 2019   07:20 Diperbarui: 15 Agustus 2019   10:52 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunews.com

Karena dikatakan "Penumpang Gelap" maka isu ini menjadi menarik untuk diperbincangkan, sehingga isu inipun menjadi isu terpanas paskapemilu. Padahal Isu Penumpang Gelap hanyalah Kambing Hitam yang di Korbankan untuk memuluskan jalan menuju Koalisi Pemerintah.

Dalam sebuah Gerbong Politik kebersamaan, yang menyatukan adalah cita-cita dan tujuan, tapi juga yang akan memisahkan adalah hal yang sama. Namun bisa saja ditengah perjalanan ada yang berubah haluan, hanya dikarenakan perbedaan kepentingan.

Dalam politik hal seperti itu adalah jamak, karena yang kental dalam politik hanyalah kepentingan. Inilah yang sedang terjadi dengan gerbong Politik Prabowo dan sekutunya.

Sebetulnya tidak ada Penumpang Gelap, yang ada adalah perbedaan kepentingan kelompok didalam gerbong yang sama, ada yang membelot dari sebuah kebersamaan, namun merasa tidak nyaman kalau cuma membelot sendirian, maka dicarilah Kambing Hitam untuk dijadikan alasan.

Isu Penumpang Gelap ini dikeluarkan paska Diplomasi Nasi Goreng di jalan Teuku Umar, Pertemuan antara Megawati dan Prabowo. Tidak ada yang tahu apa yang dibicarakan keduanya dalam Diplomasi tersebut, tapi yang jelas Prabowo butuh alasan yang kuat untuk merapat kekoalisi Pemerintah.

Tanpa alasan yang kuat, maka apa yang dilakukan Prabowo akan dianggap sebagai sebuah penghianatan oleh kelompok Koalisinya. Bisa saja munculnya kesadaran Prabowo terhadap kepentingan yang lebih besar, sehingga membuatnya perlu merapat ke Koalisi Pemerintah.

Namun tetap saja untuk kepentingan tersebut harus ada alasan yang kuat untuk meninggalkan kawan seperjuangannya, tapi isu Penumpang Gelap meninggalkan luka bagi orang-orang/kelompok yang pernah satu gerbong dengannya.

Itulah politik, tidak ada kawan dan musuh yang abadi, yang ada cuma kepentingan yang abadi. Tidak siap menerima keadaan tersebut jangan bermain politik, tidak siap basah, jangan bermain air, tidak siap terbakar, jangan bermain api.

Dampak dari isu Penumpang Gelap akhirnya melahirkan kecurigaan diantara kelompok yang ditinggalkan Prabowo. Isu Penumpang Gelap menjadi Aib bagi pihak yang disasar, seakan-akan mereka adalah biang kerok kekalahan Prabowo di Pilpres 2019.

Mereka dianggap benalu politik yang ingin mengeruk keuntungan ditengah pertarungan, yang Ikut bertarung tanpa perlu berkeringat, namun ingin memetik hasil Perjuangan. Padahal kesetiaan dalam sebuah perjuangan berbanding lurus dengan seiring sejalan.

Sekarang siapa yang mau dikorbankan sebagai Penumpang Gelap.? Apakah Habib Riziek dan PA 212, atau PKS dan Partai Berkarya.?  Karena kalau PAN dan Demokrat sebelum aksi di Bawaslu dan Mahkamah Konstitusi sudah memisahkan diri dari koalisi.

Sementara Penumpang Gelap tersebut sudah dicurigai keberadaannya sejak aksi di Bawaslu, dan terakhir di MK, dimana dicurigai ada pihak yang ingin mengorbankan Prabowo demi kepentingan politiknya.

Tapi apakah benar kelompok tersebut pantas dikatakan sebagai Penumpang Gelap.? Sementara yang pindah jalur hanyalah Prabowo, tanpa diikuti yang lainnya. Padahal Prabowo adalah lokomotif dari semua gerbong yang ada, yang memisahkan diri dari gerbongnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun