Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo di Tengah Orkestrasi Koalisi yang Dis Harmoni

19 Mei 2019   22:08 Diperbarui: 19 Mei 2019   22:59 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunews.com

Koalisi Partai itu saya ibaratkan seperti sebuah Orkestra yang harus memainkan orkestrasi yang harmoni, dimana setiap pemusik yang terlibat didalamnya mampu menjaga harmoni orkestrasi yang dimainkan. Dan Prabowo adalah Conductor-nya.

Disinilah pentingnya posisi conductor, yang mampu merasakan harmonis tidaknya orkestrasi yang dimainkan, mencermati setiap nada yang dihasilkan pemusik sesuai dengan alat musik yang dimainkan masing-masing, sehingga sampai akhir pertunjukan Orkestra tetap terus terjaga.

Sayangnya apa yang terjadi didalam Koalisi Adil Makmur tidaklah demikian. Sebagai conductor Prabowo tidak mampu menjaga harmoni dari orkestrasi yang dimainkan Koalisi. Semua bermain sendiri, dan asyik dengan permainannya sendiri.

Pada akhirnya orkestrasi koalisi tidak lagi mampu menjaga harmoni. Sebagai Conductor Prabowo tidak mampu mengembalikan harmoni orkestrasi koalisi, sehingga orkestra menjadi sebuah pertunjukan yang menghasilkan nada-nada yang dis harmoni, alias sumbang.

Siapapun bisa mengambil alih posisi conductor, namun hasilnya tetap saja semakin tidak terkendali. Sebagai Pemegang kendali orkestra, Prabowo tidak lagi mampu menghasilkan sebuah pertunjukan orkestra yang menarik, meskipun orkestrasi terus dimainkan.

Inilah yang terjadi sebetulnya dalam Koalisi Adil Makmur, tidak adanya konsistensi terhadap komitmen bersama. Sehingga ditengah perjalanan, masing-masing Partai sibuk dengan kepentingannya masing-masing, lupa dengan tujuan bersama.

Sebetulnya hal seperti itu tidak bisa disalahkan, kalau saja Prabowo mampu mengendalikan Partai Koalisi. Persoalannya adalah, Prabowo juga tidak mampu memfilteri setiap bisikan orang-orang disekitarnya, terlalu reaktif, sehingga kadang terkesan grasa-grusu.

Padahal kalau saja sebagai pemimpin Koalisi oposisi, Prabowo bisa memosisikan sebagai seorang conductor, yang memanfaatkan pendengarannya secermat mungkin, saya yakin dia akan mampu mengendalikan Partai Koalisi sesuai dengan kapasitasnya.

Kekecewaan Partai koalisi terhadap dominasi kelompok diluar koalisi, yakni kelompok non partisan, yang menyodok dan mengambil alih peranan yang belum sempat digunakan oleh Partai koalisi, sehingga pada akhirnya mengarahkan perjuangan kepada kepentingan politik Identitas.

Dan anehnya Prabowo menikmati dan hanyut dalam permainan tersebut. Prabowo terbuai oleh puja dan puji kelompok ini, Prabowo terperangkap dalam harapan semu. Pada akhirnya kegagalan Prabowo pada Pilpres 2014 terulang kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun