Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Point of Interest Narasi Kecurangan

25 April 2019   10:58 Diperbarui: 25 April 2019   11:09 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: Kompasiana.com

Saya to the point aja, narasi kecurangan itu memang sengaja diciptakan, dan itu bagian dari skenario untuk mendeligitimasi hasil akhir perhitungan suara dari KPU. Point of interest dari dihembuskannya kecurangan secara berulang-ulang, untuk menanamkan ingatan kepada masyarakat bahwa KPU curang.

Dengan begitu, ketika hasil akhir perhitungan suara diumumkan KPU, dan menyatakan Jokowi-Ma'ruf sebagai pemenang, maka kubu Prabowo-Sandi dengan serta merta akan menolaknya, begitu juga para pendukungnya. Stigma KPU curang sudah melekat dalam ingatan mereka, atas alasan itu pula mereka menolak. Itulah point of interest yang sebenarnya.

Alasan tidak bisa menerima hasil Quick Count berbagai lembaga survei, hanyalah sebagai upaya untuk memberikan stigma negatif pada lembaga survei, itupun bagian dari skenario besar untuk menolak hasil Pemilu Presiden.

Narasi kecurangan tersebut tidak saja dialamatkan kepada KPU, tapi juga kepada berbagai lembaga survei, dengan memberikan stempel sebagai lembaga survei yang dibayar. Secara rasional, kalau benar seperti itu berapa banyak kocek yang harus dikeluarkan untuk membayar lembaga survei yang segitu banyak.

Apakah kubu Prabowo-Sandi tidak membayar lembaga survei untuk hasil survei internal mereka.? Atas dasar kepicikan berpikir inilah mereka menciptakan Narasi kecurangan, untuk tujuan menolak hasil akhir perhitungan suara KPU.

Kesalahan meng-input data oleh KPU, tidak cuma merugikan kubu 02, tapi juga kubu 01. Kedua kubu mempunyai peluang yang sama untuk dianggap berbuat kecurangan dan dicurangi. Kubu 02 sebetulnya sudah tahu hal itu, hanya saja karena punya kepentingan untuk menolak hasil akhir KPU, maka diciptakanlah Narasi kecurangan.

Kesalahan meng-input data C1 berdasarkan keterangan Komisioner KPU Wahyu Setiawan, dari formulir C1 ke situs Situng terjadi di sembilan TPS saja, bandingkan dengan jumlah TPS yang ada, yaitu sebanyak 813.350. Artinya, kesalahan input data ini bukanlah suatu kesengajaan, namun Blow Up Narasi kecurangan ini sudah menggerus kepercayaan masyarakat terhadap kinerja KPU. Baca disini

Jadi sangat wajar kalau kita berasumsi bahwa Narasi kecurangan ini adalah bagian dari skenario besar untuk mendeligitimasi KPU, sekaligus mendeligitimasi Pemilu Presiden 2019. Inilah skenario kalah yang akan dilakukan kubu 02 jika Prabowo-Sandi kalah dalam Real Count KPU.

Kubu 02 jauh Hari sudah membaca peta kekalahan Prabowo-Sandi, berdasarkan hasil survei yang dirilis lembaga survei kredibel. Elit politik Koalisi Adil Makmur bukanlah orang-orang bodoh, indikator kekalahan itulah pada akhirnya mereka harus membuat skenario kalah, kalau seandainya kalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun