Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik

Elit 1% di Indonesia dan Pemakluman

15 April 2019   06:50 Diperbarui: 15 April 2019   10:34 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunews.com

Siapa elit 1% yang begitu istemewa dinegeri ini.? Tidak susah menjawabnya, karena mereka ini orang-orang yang mendapatkan semua kemudahan di era Orde Baru, tanpa perlu mengeluarkan keringat.

Mereka inilah orang-orang yang dapat fasilitas hidup secara gampang, hanya bermodalkan kedekatan dengan kekuasaan, sehingga sampai saat ini mereka masih tetap berada dalam bagian dari elit % dari jumlah penduduk Indonesia.

Jumlah mereka ini sangat banyak, meskipun cuma 1% tapi mereka inilah yang menciptakan jurang kemiskinan, karena harta dan kekayaan mereka sangat luar biasa, merupakan investasi untuk menghidupkan 7 keturunan pun tidak ada habisnya.

Jadi kalau ada yang teriak-teriak bahwa 1% elit Indonesia merampok kekayaan Indonesia, dan dia sendiri merupakan bagian dari hal tersebut, dan meminta pemakluman bahwa niatnya baik, perilakunya minta dianggap sebagai sebuah kebaikan, itu adalah pembohongan.

Bagaimana bisa dipercaya, seseorang yang mengangkangi kekayaan, untuk kepentingan pribadi dan menikmatinya tanpa perasaan bersalah, bisa dianggap sebagai perbuatan baik. Pernahkah dia berpikir kalau perbuatannya tersebut adalah merampas Keadilan.?

Amanat pasal 33 UUD 1945 itu sangat gamblang dan mudah ditafsirkan, bahwa seluruh kekayaan dan Sumber daya alarm untuk mensejahterakan masyarkat, bukan untuk kesejahteraan segelintir orang. 1% elit Indonesia itu adalah kelompok segelintir orang, yang kekayaannya luar biasa, yang sudah menyebabkan ketimpangan sosial.

Tidak perlu merasa jadi orang baik, kalau kita sendiri bagian dari elit yang sudah merusak Keadilan. Wakafkan semua harta dan kekayaan tersebut untuk mengentaskan kemiskinan, selesai terlebih dahulu dengan diri sendiri, baru bisa dianggap orang baik.

Melakukan pembenaran dengan cara yang salah, tetap saja kesalahan namanya. Benar itu bukan pendapat pribadi, benar itu adalah tafsir khalayak terhadap prilaku segelintir orang. Kalau setiap orang membenarkan perbuatannya sendiri, akan sulit bagi rakyat untuk mengatakan kesalahannya.

Yang seperti ini kalau menjadi pemimpin, dia akan selalu merasa benar, dan tidak ingin disalahkan. Yang begini inilah bibit dari kekuasaan yang otoritarian, karena dia cuma mau dibilang benar, meskipun tindakan dan kebijakannya salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun