Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pidato Prabowo dan Kekerasan Verbal

11 April 2019   08:43 Diperbarui: 11 April 2019   08:47 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo gebrak mimbar. 2019 Merdeka.com/Purnomo Edi

Dalam setiap Kampanye Prabowo sudah memperlihatkan siapa dirinya dengan apa adanya dihadapan publik, secara tidak langsung dia ingin mengatakan, 'Inilah saya' Anda suka, ya Anda pilih saya, kalau tidak suka sama saya, jangan pilih saya.

Seringkali Prabowo melakukan Kekerasan Verbal atau verbal abuse, tidak ada kekwatiran sama sekali bagi Prabowo memperlihatkan sikap seperti itu kepada publik, apakah dia juga berpikir tentang efek dari kekerasan verbal yang dia lakukan,? Saya tidak tahu, tanya saja sama Prabowo.

Apa yang dimaksud dengan kekerasan verbal?

Kekerasan verbal atau verbal abuse adalah bentuk komunikasi destruktif yang bertujuan untuk menjatuhkan atau merusak pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri dan menyebabkan reaksi emosional yang negatif dari penerima ucapan.

Contoh kekerasan verbal adalah penghinaan, pemaksaan, pencelaan, dan kritikan keras. Tindakan menasihati dan memberi kritik yang konstruktif tidak termasuk kekerasan verbal. Klik disini

Kalau menurut saya pribadi, kekerasan verbal adalah bentuk komunikasi yang tidak lazim, yang menggunakan kata-kata yang kasar, yang bertujuan untuk menohok orang lain secara dalam. Kekeran verbal jelas beda dengan kekerasan fisik.

Kekerasan fisik lebih kepada perlakuan kekerasan terhadap fisik, sementara kekerasan verbal menghujam kedalam untuk menyakiti orang lain secara non fisik. Efek kekerasan verbal ini lebih kepada psikis, sementara kekerasan fisik, efeknya langsung pada fisik.

Seseorang yang mengeluarkan kata-kata kasar, bukanlah tanpa sasaran, begitu juga apa yang diucapkan Prabowo selama Kampanye. Secara komunikasi politik, sangat difahami siapa yang menjadi target dari ucapan kasarnya.

Untuk merepresentasikan ketegasan saya rasa tidak harus dengan kata-kata kasar, karena biar bagaimanpun seorang Calon Presiden harus merepresentasikan dirinya sebagai seorang pemimpin yang memiliki etika dihadapan publik, tahu membedakan apa yang patut dengan yang tidak patut.

Pidato Prabowo di di Stadion Kridosono, Yogyakarta, (8/4/2019) menjadi viral Di media sosial, dimana saat pidato dengan semangat berapi-api, Prabowo sempat memukul podium untuk memperlihatkan aksen kemarahannya dengan kata-kata kasar. Ini salah satu kekeran verbal yang dilakukan Prabowo dalam Kampanyenya.


Kekerasan verbal lainnya yang dilakukan Prabowo saat Kampanye di Yogyakarta, Prabowo menyebut, BUMN-BUMN telah dirampok. Prabowo menyebut, segudang bukti ada di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang telah mengumumkan ribuan temuan tetapi tidak ada tindak lanjut. "Mana buktinya? Ndas-mu," kata Prabowo. Lihat sini

Kritik Prabowo terhadap prilaku korup elite politik sebetulnya sangat konstruktif, hanya saja gaya penyampaiannya sangat verbalistik, sehingga sesuatu yang konstruktif malah tertutupi oleh sikapnya yang verbalistik.

Bisa difahami, bahwa itu adalah gaya komunikasi khas Prabowo, menurut Amien Rais, Prabowo memiliki aura kepemimpinan Bung Karno, Bung Hatta, dan Bung Tomo.

Terus Prabowo dipanggilnya apa dong.? Bung Prab, Bung Bowo, atau Bung Wowo. Terserah aja mau panggil apa, yang penting Prabowo harus seperti Prabowo, tidak perlu menjadi seperti siapapun. Dia harus mampu menjadi dirinya sendiri, yang katanya Patriotik dan Nasionalis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun