Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibu Negara yang Juga Ibu Bagi Rakyatnya

8 April 2019   20:56 Diperbarui: 8 April 2019   21:17 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iriana memayungi Jokowi. (Foto: dok. Detikcom)

Saya hidup sejak dari Presiden RI yang pertama, Ir.Soekarno, tapi memang saat terakhir dia berkuasa tahun 1967, saya baru berusia 8 tahun, jadi secara langsung saya belum sempat mengenalnya lebih jauh, dan belum faham seperti apa kepemimpinannya.

Tapi, saya mengenal Bung Karno lebih jauh, justeru dari buku-buku tentang beliau yang saya lahap sejak masih di SMP, saya sangat kagum dengan beliau. Bapak saya juga pengagum beliau, sehingga rak bukunya banyak sekali buku tentang Bung Karno.

Itu sekitar tahun 1973, ditahun itu beliau sudah wafat. Beliau wafat tahun 1970, setelah melalui penderitaan panjang yang tersia-siakan oleh Pemerintahan yang meneruskan kekuasaannya.

Dalam pandangan saya, Bung Karno dan Ibu Fatmawati, adalah pengabdi yang memang mewakafkan hidupnya untuk perjuangan, demi bangsa dan negara. Sebagai seorang isteri, dan seorang Ibu, beliau sangat merakyat, bukanlah tipe Ibu negara penikmat kekuasaan suaminya.

Saya melihat ruh seorang Ibu Fatmawati ada pada Ibu Ainun Habibie, Ibu Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid (Gus Dur), dan Ibu Iriana Jokowi. Mereka adalah isteri yang tahu menempatkan diri disisi kekuasaan suaminya, tidak bergaya hidup hedonis, hidup sederhana seperti pada umumnya rakyat kebanyakan.

Dari sinilah kekaguman saya bermula pada keluarga Jokowi. Tidak ada sama sekali salah dalam menempatkan diri, bahkan tidak ingin mencampuri kekuasaan Jokowi. Ibu Iriana betul-betul hadir sebagai pendamping, begitu juga anak-anaknya tetap sebagai anak Jokowi, bukanlah memperlihatkan anak seorang Presiden.

Saya memang punya gambaran ideal tentang seorang Pemimpin Bangsa, yang jelas pemimpin bangsa itu gaya hidupnya tidak melebihi gaya hidup rakyatnya, bahkan hidup seperti layaknya rakyat biasa, tidak minta perlakuan istimewa, meskipun ia berhak mendapatkannya, terutama dalam hal pelayanan, karena tugasnya justeru melayani.

Sudah cukup lama kita menyaksikan gaya hidup pemimpin yang bermewah-mewahan, yang melebihi kepatutan, saatnya kita hidup dengan pemimpin yang mau berdampingan dengan rakyatnya, bukan pemimpin yang membuat jarak dengan rakyatnya.

Saya percaya dengan falsafah ini:

"Disamping Pria sukses ada wanita yang hebat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun