Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Siapa yang Ekploitasi Cucu dalam Politik?

2 Maret 2019   10:14 Diperbarui: 2 Maret 2019   10:55 1262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Indonesia headline news.

Sudah nasib kubunya oposisi kali ya menelan ludah yang sudah mereka buang sendiri. Sering dan berulang kali, apa yang mereka tuding kepihak lawan, selalu berbalik kemereka sendiri.

Ketika Jokowi dan Cucunya Jan Ethes menjadi pembicaraan publik, dan begitu antusiasnya publik melihat kebersamaan Jokowi dan Cucunya yang memang lucu, eh malah Jokowi dituding mengeksploitasi Cucunya dalam politik.

Bahkan ada politisi dari kubu oposisi begitu gusar, sehingga berniat melaporkan Jan Ethes ke Bawaslu lu, kan lucu sekali.

Sekarang kubu oposisi ramai-ramai mengeksploitasi cucu dalam politik, lihat saja Amien Rais dengan Cucunya sambil mengacungkan Salam dua jari, padahal Jokowi dan Jan Ethes tidak melakukan hal seperti itu, mereka cuma bercengkrama layaknya kakek dan Cucunya.

Tak urung, ikut-ikutan pula Tengku Zulkarnain, berpose dengan menggunakan kaos yang bergambar tagar #2019GantiPresiden. Jelas prilaku ini pun menjadi sorotan media, Karena situasi yang diperlihatkan sama sekali bukanlah pendidikan politik.

Foto : chirpstory.com
Foto : chirpstory.com
Lantas siapa sebenarnya yang mengeksploitasi cucu dalam politik.? Jokowi kah, atau malah pihak lawan yang cemburu melihat Jokowi dan Jan Ethes menjadi ikon baru dalam politik kekinian.

Baru saja kita diperlihatkan bagaimana seolah-olah Prabowo membela rakyat yang tidak kebagian lahan, Karena 1% dari segelintir orang menguasai lahan yang jumlahnya ratusan ribu hektar. Pada kenyataannya, segelintir orang itu termasuklah Prabowo sendiri.

Semua seperti menepuk air didulang, terpercik muka sendiri. Satu jari menuding keorang lain, empat jari lainnya mengarah kediri sendiri. Inilah fenomena Pilpres dewasa ini.

Menuding orang lain itu dasarnya lebih kepada ingin menganggap dirinya yang terbaik, dan orang lain itu salah, dan sudah melakukan kesalahan. Namun ketika kesalahan tersebut dilakukan sendiri, sangat sulit menerima sebagai sebuah kesalahan.

Bagi Tuhan, mengubah keadaan itu semudah membalikkan telapak tangan, maka dari itu, ada kecenderungan manusia dihukum oleh perkataan dan ucapannya sendiri. Seperti itulah kekuasaan Tuhan sesungguhnya.

Manusia itu tempatnya salah, tempatnya khilaf. Siapa pun bisa melakukan kesalahan yang tidak pernah diduga. Itulah bukti bahwa manusia tidak memiliki kekuasaan, baik atas orang lain, maupun atas dirinya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun