Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu 2019 Kita Memilih Apa?

27 Januari 2019   20:23 Diperbarui: 27 Januari 2019   20:27 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : Merahputih.com

"Saya dahulu bilang bahwa politik adalah profesi tertua kedua di dunia. Yang pertama adalah prostitusi. Namun saya baru menyadari bahwa politik sama kotornya dg prostitusi" - Ronald Reagan,

Seharusnya menjadi politisi itu adalah profesi yang membanggakan, karena politisi mampu mengatasi problem masyarakat, politisi berperan sangat besar dalam membangun peradaban yang baik. Namun sayangnya, dewasa ini justeru politisi menjadi problem masyarakat.

Politisi menyebabkan politik yang seharusnya mulia menjadi Kotor, sama kotornya dengan prostitusi. Itulah yang dikatakan Mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan. Kalau melihat realitas Politik dewasa ini, tidaklah salah apa yang dikatakan Reagan.

Lantas pertanyaannya, Pemilu nanti sebetulnya kita memilih apa.? Memang kita akan memilih Presiden dan anggota Legislatif, tapi seperti apa yang kita ingin pilih, kalau situasi Politik yang dibangun oleh politisi sekarang ini, hanyalah dipenuhi muatan kepentingan kelompok.

Lihatlah cara-cara mereka untuk mendapatkan kedudukan, sangat jauh dari apa yang kita harapan. Kebohongan dijadikan permainan, bagian dari cara untuk mendapatkan kedudukan. Menciptakan berbagai ketakutan, demi semata untuk memperlihatkan bahwa hanya merekalah yang bisa menyelesaikan semua persoalan.

Terlalu mudah didalam ucapan, tanpa memperhitungkan berbagai aspek, yang sangat mungkin menjadi hambatan. Padahal sejarah sudah mengajarkan, bahwa memperbaiki keadaan yang sudah rusak selama puluhan tahun, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Tidak bisa meyakinkan masyarakat hanya dengan janji, tanpa memikirkan implementasinya. Terlihat begitu mudah, seakan-akan semua persoalan akan bisa diselesaikan, hanya dengan menina bobokkan masyarakat lewat janji yang muluk.

Berhadapan dengan masyarakat miskin, seakan-akan kemiskinan bisa ditanggulangi begitu bisa terpilih. Berhadapan dengan tingginya harga berbagai bahan pokok, seketika dijanjikan akan diturunkan, tanpa pernah memikirkan mekanisme dan faktor penunjang lainnya.

Seakan-akan semua begitu mudah ditanggulangi. Begitu sudah berhadapan dengan kenyataan yang sebenarnya, dan tidak mampu meng-implementasikan apa yang sudah dijanjikannya, maka dicari-cari penyebab kesalahan lainnya, bahkan berani mengatakan tidak pernah menjanjikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun