Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Mungkin Ini "Bukanlah Puisi"

30 Desember 2012   13:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:47 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1356877477195935535

[caption id="attachment_232354" align="aligncenter" width="550" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption] Aku melihat bagaimana undang-undang dirancang dengan penuh tipu-tipu Diterapkan hanya untuk kepentingan kekuasaan Bukankah itu sebuah pengkhianatan pada rakyat . Aku melihat bagaimana kekuasaan dikangkangi Hanya untuk menguasai dan menindas hak-hak rakyat Padahal semua legislasi atas nama rakyat Bukankah itu juga pengkhianatan.. . Sayangnya aku cuma bisa melihat tapi tidak bisa berbuat Hanya tercengang dan mengumpat dalam hati Aku seperti bisu dan tuli Sepertihalnya orang-orang yang menjalankan fungsi legislasi . Ketok palu para benalu di republik ini Seperti ketok magic yang bisa menghilangkan hak-hak rakyat yang diwakili Tanpa nurani dan membutakan mata hati Semata untuk kepentingan sendiri . Sorak soray mereka digedung parlemen Adalah sorak soray keberhasilan konspirasi Sorak soray kemenangan yang sudah menghabisi Hak-hak rakyat yang mereka kebiri Lagi-lagi aku cuma bisu dan tuli . Pada puisi inilah aku muntahkan berbagai maki-maki Memang ini cuma maki-maki bukanlah puisi Tapi aku senang meski pun ini bukan puisi Tapi maki-maki ini aku anggap sebuah puisi ________ Jakarta, Desember 2012 Salam Kompasiana

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun