Mohon tunggu...
Fahmi Aji
Fahmi Aji Mohon Tunggu... -

masih kuliah di undip ;)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Climate Change"

13 Mei 2018   16:13 Diperbarui: 13 Mei 2018   16:32 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak perubahan iklim semakin terasa dan tak bisa dihindari. Siapa yang salah? Tak perlu menanyakan pihak mana yang harus bertanggung jawab atas permasalahan ini. Sebaiknya kita saling bersama mencari solusi dan berkomitmen tinggi untuk segera melakukan perubahan.

Penyebab perubahan iklim terbesar adalah polusi udara yang menghasilkan karbondioksida yang berlebihan. Mulai dari pertumbuhan yang semakin pesat sarana transportasi baik mobil , motor maupun kendaraan lainnya. 

Pesatnya pembangunan industri yang menggunakan bahan bakar batubara. Karbondioksida tersebut menyebabkan efek rumah kaca. Karbondioksida yang terkjebak dalam lapisan atmosfir, membuat sinar matahari yang seharusnya terpantul kembali ke angkasa, malah memantul kembali ke bumi. Ini yang menjadikan suhu bumi dalam dekade ini semakin meningkat.

Karena suhu bumi yang semakin memanas, berdampak pada mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan. Beruang kutub pun terkena imbasnya dengan lapisan es yang berkurang menjadikan mereka kesulitan dalam mencari makananan.

Karena banyak lapisan es yang mencair, volume air laut naik secara signifikan. Menjadikan banjir dimana-mana , rob, dan bencana air lainnya. 

Sekarang ini kita tidak bisa menentukan perkiraan cuaca yang tepat, karena perubahan iklim yang ekstreem. Karbindioksida yang seharusnya terserap oleh fungsi hutan. Namun karena penebangan dimana-mana, terutama di pulau Kalimantan dan Sumatera membuat penyerapan karbondioksida menjadi berkurang. Dengan alasan pembangunan lahan kelapa sawit, hutan pun dikorbankan. 

Padahal hutan tropis di Indonesia sangat bernilai fungsinya. Dalam menjaga kestabilan volume korbindioksda di bumi ini. Hutan pun berfungsi dalam menjaga ekosistem satwa yang langka diantaranya harimau Sumatera, Orang Utan Borneo, dan makhluk-makhluk spesies lainnya yang terancam punah akibat laju deforsitasi hutan yang berlebihan.

Untuk itu dibutuhkan peran pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan Indonesia kita. Apakah kita rela membiarkan anak cucu kita tidak pernah melihat keajaiban satwa-satwa liar yang begitu menakjubkan?

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun