Mohon tunggu...
Aji Cahyono
Aji Cahyono Mohon Tunggu... Jurnalis - Islamic Education, Politic International Relationship, Middle East Region, Philosopher

Saya di lahirkan dari cinta, oleh cinta, dan untuk cinta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partisipasi Politik Perempuan dan Pemikiran Bung Karno tentang Kemanusiaan

21 Februari 2021   19:35 Diperbarui: 21 Februari 2021   19:51 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Woman Deliver

Berbicara mengenai kepemimpinan pastinya bermuara kepada politik atau pemegang kebijakan. Memang pada dasarnya menjadi seorang pemimpin bukan merupakan perkara yang mudah.

Setidaknya menjadi seorang pemimpin adalah mempunyai indikator yang mendasar dari suatu pemecahan dari suatu masalah yang terdapat dalam suatu kelompok yang ia pimpin.

Peran kepemimpinan menjadi hal yang strategis dan penting dalam mewujudkan visi dan misi untuk mencapai suatu tujuan dari kelompok.

Kualitas dari seorang pemimpin acapkali dijadikan sebagai acuan kerangka mendasar dalam kegagalan maupun keberhasilan dari suatu kelompok maupun organisasi (Bass, 1990).

Namun bukan menjadi suatu alasan mendasar bahwa seolah-olah yang menjadi sumber permasalahan adalah pemimpin, melainkan adanya ketidakselarasan dari suatu tim dalam membangun roda organisasi yang baik.

Menurut Wakil rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) UGM Yogyakarta Prof. Dr. Suratman, M.Sc dalam acara seminar tentang Kepemimpinan Perempuan di Indonesia menyampaikan bahwa Selama ini perempuan selalu dianggap sebagai objek dari pembangunan, padahal sudah sangat lama ditemukan bukti bahwa perempuan sudah berhasil menjadi subjek dari pembangunan, sehingga istilah "Pemberdayaan Perempuan" sudah tidak cocok lagi untuk digunakan, karena yang lebih cocok adalah "Peningkatan Keberdayaan Perempuan".

Sedangkan menurut Dr, Maria Ulfa Anshor, Dari sisi norma, Perempuan menjadi pemimpin sudah dimungkinkan mempunyai peluang besar yakni di tahun 2004 membahas tentang UU Parpol bahwa mengharuskan adanya kuota perempuan dalam partisipasi politik.

Yang menjadi penghambat hadirnya partisipasi perempuan dalam poltiik, menurutnya adalah meningkatkan kualitas pemilu yang cenderung pragmatis dengan hadirnya politik uang yang dimanfaatkan untuk membeli suara dengan mencoblos salah satu kontestasi calon partisipasi poliitk.

Tri Risma Harini atau yang dikenal dengan "Emaknya Arek-Arek Suroboyo" pada masanya yang telah memimpin menjadi Walikota Surabaya selama 2 periode yakni periode pertama di tahun 2010-2015 dan periode kedua di tahun 2015-2020.

Berdasarkan pantaun dari Wikipedia, Bu Risma juga tercatat sebagai wanita pertama yang dipilih langsung menjadi wali kota melalui pemilihan kepala daerah sepanjang sejarah demokrasi Indonesia di era reformasi dan merupakan kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang berulang kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun