Kata 'Manusia', menjadi suatu kesepahaman bersama dan terklaster menjadi makhluk hidup yang termasuk dalam kategori 'kesempurnaan' daripada makhluk-makhluk lain.Â
Alasan manusia termasuk kedalam kategori kesempurnaan, karena manusia mempunyai karakteristik yang berbeda dengan makhluk yang lain.
Seperti halnya yang pernah disinggung oleh salah satu filsuf klasik yakni Aristoteles (384-322 SM), dia mempunyai penilaian bahwa manusia merupakan 'Hewan yang Berfikir' dan bertindak berdasarkan penggunakan akal tersebut.
Selain itu, manusia dikategorikan sebagai hewan yang berpolitik (zoonpoliticon) yang dapat berkomunikasi melalui bahasa, menciptakan tata tertib, bahkan bermasyarakat melalui organisasi.
Filsuf muslim juga mengatakan hal serupa: al-insanu hayawanun nathiq ( ). Manusia adalah "binatang", yang berakal. Berakal (berpikir) adalah bentuk kesadaran yang membuat kita "ada" (eksis) sebagai manusia.
Pada tingkatan paling rendah, manusia persis seperti yang didefinisikan filsuf Perancis bernama Rene Descartes (1596-1650): Cogito, ergo sum. I think, therefore I am. "Aku berfikir, maka aku ada".
Pastinya, manusia dihadapkan persoalan yang dilematis diantara keberagaman dalam berfikir dan sifat karakteristik.
Penentuan-penentuan inilah manusia akan diuji dalam penentuan sikap untuk hidup kedepannya.
Ya pastinya, manusia akan dihadapkan dengan manusia lain dengan menunjukkan sikap sombong, iri hati, dengki, takabbur. Disisi lain, ada beberapa manusia yang ikhlas dalam tolong menolong, jujur, empati dan lain-lain.
Apakah kamu sudah mendeteksi karakteristik dari manusia sesuai dengan karakteristik diatas ? bagaimana cara engkau menghadapi persoalan tersebut ?
Wajar saja, ada berbagai macam dalam menghadapi persoalan tersebut, baik dengan cara toleransi, musyawarah, atau menurunkan ego sentris jika melihat kondisi egosentris yang diatas angin.
Tentukan pilihanmu sekarang juga dalam menghadapi persoalan dunia yang problematik.