Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkaca pada Pemikiran Kartini

1 April 2021   10:17 Diperbarui: 1 April 2021   10:27 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan dan Desain Ajinatha

142 tahun yang lalu (1879-2021), pemikiran Raden Ajeng Kartini tentang agama, terus relevan sampai sekarang. Kalau saja Kartini masa kini berkaca pada pemikiran-pemikirannya, bisa jadi aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar, dan penyerangan di Mabes Polri kemarin tidak akan terjadi.

Menurut Kartini, agama memang menjauhkan kita dari perbuatan dosa, tapi berapa banyak perbuatan dosa yang dilakukan atas nama agama. Kalau saja ajaran agama diamalkan secara benar, maka akan terhindar dari perbuatan dosa, dan itu benar, karena tujuan seseorang beragama memang untuk mencari tuntunan pada jalan kebaikan, bukanlah kesesatan.

142 tahun yang lalu Kartini sudah berpikir tentang ini, Kartini ingin mengajak kaumnya agar keluar dari kegelapan, dan Kartini berpikir bahwa agama adalah jalan untuk keluar dari kegelapan. Namun Kartini juga ingin mengatakan, tidak sedikit orang tersesat karena salah dalam menggunakan agama.

Betapa sangat maju pemikiran Kartini, jika 142 tahun yang lalu sudah berpikir seperti itu, sementara setelah 142 tahun berlalu, masih ada kaumnya yang tersesat dalam rimba agama, hanya karena tidak menjalankan tuntutan-Nya secara benar.

Tidak menutup mata juga terhadap Kartini masa kini, yang mampu mengimplementasikan emansipasi yang diperjuangkan Kartini. Kita melihat banyak kaum wanita yang mengisi posisi penting pada pada pemerintahan, juga di perusahaan BUMN dan Swasta.

Wanita yang gagal mengimplementasikan pemikiran Kartini tersebut hanyalah sebagian kecil. Hampir rerata yang seperti itu menutup diri dari berbagai perubahan dan kemajuan, dan hidup dengan sangat individual, dan menyepi dari keramaian.

Kekaguman saya atas pemikiran Kartini inilah yang pada akhirnya menggugah hati saya, untuk melakukan restorasi terhadap foto masa lalunya yang sudah usang, dengan merestorasi foto tersebut saya bisa memaknai pemikiran-pemikirannya yang terus relevan sampai sekarang.

Kartini bisa menangis menyaksikan kaum yang di perjuangannya ada yang hidupnya ternista di jalan kesesatan. Kaum yang seharusnya setara dengan kaum lelaki, namun sangat mudah dicekoki pikiran sesat atas nama agama.

Bayangkan seorang perempuan rela bunuh diri hanya atas keyakinannya yang salah, dalam memaknai sebuah jihad, dan berharap balasan surga atas perbuatannya, dengan kemiskinan pengetahuan. Padahal 142 tahun yang lalu, ada seorang Kartini yang pikirannya sangat maju.

Sebagai lelaki, saya tidak bisa membayangkan kalau ada wanita yang masih sempat berpikir, tentang hal-hal yang tidak dipikirkan kaumnya pada saat itu, di tengah hidupnya sendiri yang juga tidaklah dalam kelapangan.

Saya juga tidak habis berpikir menyaksikan seorang perempuan yang mengantar nyawa ke Mabes Polri, hanya untuk menumpahkan kebenciannya yang kadung kesumat, yang mungkin dalam pikirannya, dengan melakukan perbuatan tersebut akan memperoleh balasan surga.

Ajinatha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun