Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Jokowi, Jangan "Gambling" Pilih Menteri

6 Juli 2020   10:26 Diperbarui: 6 Juli 2020   10:31 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada anekdot di masyarakat, kalau mau jadi menteri Jokowi, kritislah terhadap Pemerintah, karena dengan kritis terhadap Pemerintah akan terus menjadi sorotan, dan akan direkrut jadi Menteri.

Anekdot ini ternyata ada benarnya. Pada periode pertama pemerintahan Jokowi, banyak tokoh kritis yang direkrut menjadi menteri, sebut saja salah satunya Rizal Ramli, yang akhirnya memang di rekrut sebagai Menko Kemaritiman.

Tapi ternyata setelah duduk sebagai Menteri, Rizal Ramli tidak lama bertahan pada posisinya, dia pun diganti oleh Luhut Binsar Panjaitan. Apa alasan penggantian Rizal Ramli? Yang tahu hanya Presiden Jokowi.

Menjelang reshuffle kabinet di periode kedua pemerintahan Jokowi, ramai diperbincangkan di media sosial, siapa yang layak menjadi Menteri Jokowi. Mulai dari kandidat yang serius, sampai kandidat yang cuma untuk lucu-lucuan.

Tokoh kritis seperti Rocky Gerung dan Natalius Pigai, dicalonkan netizen sebagai kandidat menteri Jokowi. Jelas pencalonan ini hanya sekedar lucu-lucuan, dan tidak perlu dianggap Presiden Jokowi sebagai sesuatu yang serius.

Jangan sampai pak Jokowi "Gambling" memilih kedua tokoh ini untuk menjadi menteri kabinet. Mereka ini sudah bagus cukup berada di luar ring kekuasaan, tidak perlu ditarik kedalam kekuasaan.

Sudah ada pengalaman sebelumnya, bahwa yang kritis di luar pemerintahan, setelah masuk kabinet malah tidak bisa melakukan apa-apa, karena memang kapasitasnya cuma pandai bicara, bukan pandai bekerja.

Mereka yang kritis terhadap Pemerintah, memang kapasitasnya sebatas menilai, namun saat diberikan tanggung jawab malah abai, karena memang kemampuan yang dimiliki hanya sebatas menilai.

Presiden Jokowi tidak perlu tergoda dengan sikap kritis mereka, biarkan mereka terus kritis, tidak perlu diredam dengan memberikan jabatan kepada mereka. Jangan gambling untuk merekrut mereka, karena mereka memang tidak memilik kapasitas untuk menjadi seorang menteri.

Tradisi merekrut orang-orang kritis diluar pemerintahan, sebagai menteri kabinet harus dihapuskan. Seorang pekerja keras tidak akan banyak bicara, yang banyak bicara itu hanyalah orang-orang yang tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan kedudukan.

Orang-orang seperti itu biasanya, setelah dapat kedudukan malah tidak tahu apa yang harus dikerjakan, karena sudah terbiasa hanya pandai menilai kesalahan orang lain, tanpa pernah mau mengukur kemampuannya sendiri.

Masih banyak putra-putri Indonesia yang terbaik, yang bisa mengisi jabatan menteri. Orang-orang yang kritis diluar pemerintahan, belum tentu merupakan putra-putri terbaik yang dimiliki negara ini.

Seperti pepatah mengatakan, "Air beriak tanda tak dalam. Orang yang sering berteriak tanda ilmunya tak dalam"

Pak Jokowi tidak perlu gegabah dalam memilih Menteri, namun mengulangi kesalahan yang sama, juga perlu dihindari. Tidak perlu gambling dalam memilih menteri. Pilihlah orang yang terbaik, yang mau bekerja, bukan yang cuma pandai bicara.

Di negara ini sudah terlalu banyak orang yang pandai bicara, tapi sangat sedikit yang mau benar-benar bekerja. Bisa dilihat dari komposisi kabinet sekarang ini, banyak menteri yang tidak bisa bekerja.

Tidak perlu mempertaruhkan jabatan hanya untuk orang-orang yang sekadar mau lucu-lucuan. Penyelenggaraan negara tidak bisa dilakukan dengan sekadar lucu-lucuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun