Ada dua peristiwa hangat yang bermuara pada intimidasi, saya tidak akan membahas peristiwanya, dan apa yang melatari peristiwa tersebut secara detilnya, tapi saya akan melihat sudut lain dari peristiwa itu.
Pertama peristiwa intimidasi terhadap jurnalis Detik.com, yang ditengarai karena dianggap membuat pemberitaan yang merusak citra dan nama baik presiden. Blow up-nya begitu, apakah benar Presiden Jokowi peduli dan terusik dengan judul pemberitaan tersebut?
Saya pikir sih gak, ngapain Presiden ngurusi hal seperti itu, lagian seberapa besar sih dampaknya pada Presiden? Gak ada, yang lebih berat dari itu sudah dirasakan Presiden, dan dia tetap gak peduli, karena situasi dan kondisi negara saat ini jauh lebih menguras energinya ketimbang urusan seperti itu.
Penggiringan opini lainnya, seakan-akan Detik.com sudah dimanfaatkan untuk menyerang pemerintah Jokowi, dalam gerbong rangkaian sebuah skenario besar, untuk mendelegitimasi pemerintahan Jokowi, sehingga Detik pun menuai ketidakpercayaan publik, dan banyak yang melakukan uninstall Detik.com.
Lantas pernyaannya siapa yang yang mengintimidasi jurnalis detik? Siapa saja bisa, tergantung apa kepentingannya. Apa iya orang suruhan Presiden atau buzzer? Ya tergantung nalar aja mencernanya, kalau nalarnya baik gak akan percaya begitu saja, karena secara politis, situasi itu bisa dimanfaatkan untuk menjatuhkan citra Presiden, oleh pihak ketiga.
Peristiwa ini justeru berdampak pada citra Presiden, karena dianggap rezim melakukan upaya represif terhadap wartawan. Bagi pihak yang memanfaatkan soal pemberitaan dan intimidasi terhadap jurnalis, targetnya tercapai, karena publik menganggap rezim Jokowi represif.
Sebelum ada hasil penyelidikan dari pihak kepolisian, peristiwa ini menjadi bola liar, menjadi isu polititik yang tidak sedap. Itulah perlunya intelijen mencari tahu gerakan apa yang ada dibalik peristiwa ini, siapa yang memainkan skenario besarnya.
Kedua peristiwa intimidasi yang diterima oleh UGM, terkait penyelenggaraan diskusi yang bertajuk; "Meluruskan Persoalan Pemberhentian Presiden Ditinjau dari Sistem Ketatanegaraan". Diskusi yang menimbulkan anggapan adanya upaya makar ini sudah diluruskan pihak UGM.