Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mata Untuk Aini | Sebuah Pertemuan

20 Januari 2020   10:29 Diperbarui: 21 Januari 2020   08:17 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: PicsArt/design by ajinatha

Bimo selalu membuat aku tersenyum disaat hatiku sedang gelisah, Bimo juga yang menjelaskan padaku bahwa dunia ini begitu indah diciptakan Tuhan, dan sangat sempurna sebagai sebuah karya cipta. Semua yang dikatakan Bimo bukan sekadar menyenangkan hatiku, setelah aku bisa melihat, aku bisa membuktikan bahwa apa yang dikatakan Bimo semuanya benar.

BAB Sebelumnya

BAB III. SEBUAH PERTEMUAN

Aku memang patut bersyukur karena Allah sudah memberikanku penglihatan, namun kadang aku sulit menerima kenyataan kalau penglihatanku ini harus ditebus dengan kehilangan Bimo. Tapi begitulah rencana Tuhan yang tidak pernah aku ketahui, tidak ada rencana-Nya yang tidak baik, itulah rahasia hidup yang harus aku yakini.

Bahkan pertemuanku dengan Bimo dua tahun yang lalu, tidak terlepas dari rencana-Nya. Tuhan tidak cuma mempertemukanku dengan Bimo, Tuhan juga menjadikan Bimo sebagai perantara kornea mata agar aku bisa melihat. 

Pertemuan yang tidak sengaja, yang penuh cinta dan kehangatan. Seringkali Bimo menyisipkan ucapan yang sarat makna, yang menggugah perasaanku.

Kata-kata itu sangat menguatkan dan menajamkan batinku dalam menjalani hidup, yang mengajarkanku menghadirkan Tuhan dihatiku, dalam setiap niat saat aku ingin melakukan sesuatu. Tuhan dengan sengaja mengirimkan Bimo untukku, meskipun tidak untuk selamanya, sesaat kehadiran Bimo itu sudah sangat memberikan arti bagi perjalanan hidupku.

Aku sengaja menuliskan apa yang aku alami, dan aku rasakan, agar setiap orang bisa mengambil manfaat dari semua itu. Dan agar aku bisa mengevaluasi diri apa saja dari yang sudah aku tulis bisa diambil menjadi pelajaran. Pertama aku mengenal Bimo aku memarahi Bimo yang sudah lancang memegang tanganku.

Padahal saat itu dia sedang berusaha menyelamatkanku, yang hampir saja kejeblos got yang menganga ditengah guiding block yang aku lalui. Bimo yang kebetulan melintas di trotoar yang sama, dia dari arah yang berlawanan denganku. Aku tidak pernah mengira kalau jalur guiding block ada yang tidak aman.

Ketika aku nyaris terperosok, Bimo buru-buru menarik tanganku, aku sangat kaget, aku marahi Bimo yang sudah menarik tanganku. Dengan perasaan bersalah, menjelaskan padaku, bahwa didepanku ada lobang yang terbuka cukup dalam. Aku minta maaf pada Bimo atas kesalahan itu, akhirnya kami terus ngobrol sepanjang trotoar yang kami lalui.

"Maaf ya mbak..saya sudah lancang memegang tangannya.."

"Enak aja minta maaf...gak sopan kamu itu tauk.." Aku terus ngedumel sambil terus menyusuri guiding block di trotoar.

Aku gak tahu kalau Bimo terus mengikutiku dari belakang. Dan aku gak nyadar kalau didepanku ada tiang listrik ditengah jalur guiding block. Lagi-lagi Bimo menarik tanganku, aku bentak lagi Bimo,

"Kamu ngapain sih ngikutin terus..mau niat jahat ya..."

"Astaghfirullahal'adzim mbak...demi Allah mbak.."

"Jangan panggil saya mbak..emang saya embak-embak.."

"Panggil saja Aini..nama kamu siapa.."

"Saya Bimo..kamu mau kemana.."

"Aku cuma mau jalan-jalan aja..untuk merasakan gerak kehidupan disekitar kita.." Jawabku dengan sedikit kalem.

"Boleh saya temani kamu.."

"Silahkan kalau mas tidak malu jalan sama orang buta.."

Setelah dia menemani menemani jalan-jalan, diapun mengantarku pulang. Alasannya saat itu ingin tahu rumahku. Karena sikapnya baik dan tulus, akupun tidak keberatan. Dia sering menjemputku kerumah, itulah yang membuat ayah sangat percaya dengan niat baik Bimo, sehingga dia bisa begitu dekat dengan ayah.

Sejak pertemuan itu, kami sering bertemu dan jalan bersama. Sampai suatu saat aku minta izin pada Bimo untuk meraba mukanya, dan dia mengizinknnya. Dari situ aku bisa merasakan bahwa dia lebih sempurna dariku, dia orang yang baik dan jujur, juga bisa di percaya. Bimo sangat care, dia tidak mengijinkan aku jalan sendiri, waktu senggang diluar aktivitasnya selalu diisi dengan bersamaku.

Bimo sedang kuliah Magister ilmu sosial dan politik dikampus terkemuka di Jakarta, jadi waktu kuliahnya tidak setiap hari. Saat sedang tidak ada kuliah dia mengajakku rekreasi, kami mengunjungi tempat-tempat yang pemandangannya Indah. Kadang dia menjelaskan seperti apa keindahan alam didepanku, meski aku tidak bisa melihatnya.

Itu salah satu cara dia mengenalkan kepadaku tentang luar biasanya sanga Maha Pencipta. Dia tidak pernah memperlakukanku seperti orang buta, dia menempatkan dirinya sebagai mata bagiku, agar aku selalu merasa melihat apa yang tidak aku lihat sebenarnya. Banyak sekali falsafah hidup yang dia berikan kepadaku, yang membuat aku semakin yakin menjalankan hidup ditengah keterbatasanku.

Ada satu yang sangat aku ingat kata-kata Bimo, tentang anugerah Tuhan diberikannya mata dan telinga agar digunakan sesuai dengan fungsinya, digunakan untuk melihat dan mendengar setiap peristiwa disekitar kita, peka terhadap segala situasi pertanda kita memfungsikannya.

"Dianugerahi mata tidak digunakan untuk melihat, diberikan pendengaran tidak digunakan untuk mendengar, lebih menikmati kebutaan dan ketulian dengan kelengkapan indera"

Apa yang dikatakan Bimo itu ternyata benar, aku menyaksikannya setelah aku bisa melihat, banyak sekali orang yang tidak memfungsikan indera penglihatan dan pendengarannya secara benar. Dulu ketika aku masih buta, tidak terlalu peduli dengan kenyataan seperti itu, tapi sekarang aku menjadi miris melihat kenyataan itu.

Bimo mengamalkan Habluminannas secara benar, baginya hubungan antar manusia itu tanpa sekat apapun. Hidup penuh toleransi antar sesama, tanpa berpikir tentang SARA, semua dia jalani dengan Lillahi Ta'ala. Tuhan kirimkan lelaki yang begitu istimewa untukku meskipun dia bukan jodohku, tapi dia sudah menjadi mata disaat aku belum bisa melihat.

Bimo pernah bilang padaku tentang bagaimana menyikapi hidup, agar tidak bersinggungan dengan orang lain. Dia memiliki filosofi yang bagus dalam menyikapi hidup. 

Bimo tidak ingin mencampuri urusan orang lain, tapi dia juga tidak suka urusan pribadinya dicampuri. Dia tidak pernah peduli dengan omongan orang lain, tidak bawa perasaan terhadap apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya.

Suatu saat pernah terjadi dia marah besar kepada seseorang yang menertawai kami berdua, orang itu menganggap kami pasangan yang tidak serasi. Dia ajak orang tersebut untuk bicara baik-baik, dia tanya apa yang menjadi masalah bagi dia sehingga sampai mengeluarkan pernyataan tersebut. Orang itu tidak bisa menjawab pertanyaan Bimo, padahal Bimo bertanya tidak dengan intonasi suara yang marah. Akhirnya orang itu maaf lalu pergi begitu saja.

"Maaf..kalau boleh tahu apa yang Anda tertawakan.." Tanya Bimo dengan nada yang begitu geram.

"Oh..gak terlihat kurang serasi aja.."

"Anda punya masalah dengan ketidakserasian itu.."

"Kenapa Anda begitu peduli..Anda merasa lebih sempurna.."

Bimo terdengar sudah begitu geram, untungnya orang tersebut segera meminta maaf dan meninggalkan Bimo, aku begitu kuatir Bimo tidak bisa mengontrol dirinya. Mungkin Bimo tidak enak karena ada saya disitu.

"Aini..aku tidak akan membiarkan orang-orang bisa merendahkan kamu.."

"Terima kasih mas...aku cuma kuatir kamu tidak bisa kontrol emosi.."

"Kalau soal itu mas sudah lulus ujian Aini..gak usah kuatir.."

Bimo mengajaku makan disebuah restoran yang tidak terlalu ramai, dia ingin aku bisa mencicipi menu kesukaannya. Kami memilih tempat yang agak paling sudut, agar tidak terlalu terlihat banyak orang. Dia pesankan makanan kesukaannya. Sambil menunggu makanan, dia menceritakan banyak hal tentang ilmu Tasawuf, menurutnya memahami Tasawuf itu adalah ilmu untuk mengenal Tuhan.

Baca lanjutannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun