Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Ini yang Saya Rasakan Ketika Melintasi Tol Japek II

16 Desember 2019   12:28 Diperbarui: 16 Desember 2019   14:10 1936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah

Kemarin sepulang dari Bandung saya tertarik untuk mencoba melalui jalan Tol Japek II elevated, di atas ketinggian kurang lebih 15 meter diatas Tol Cikampek. Sampai di KM 48 Cikarang, pintu awal masuk Tol Japek II sekitar pukul 21.00. Ternyata kemarin, Minggu 15/12/2019, adalah hari pertama dibuka gratis untuk umum.

Ada rasa kuatir juga awalnya melalui tol Japek II, tapi karena banyak juga kendaraan yang masuk jalur tol tersebut, kekuatiran saya sirna begitu aja. Tol yang panjangnya sekitar 38 KM itu tidak menyediakan rest area, juga cuma bisa dilintasi dua jalur mobil. Memang sangat riskan kalau terjadi mogok di jalan.

Dalam tulisan ini tidak terlalu ingin membahas soal itu, karena sudah banyak artikel tentang hal itu. Selama kurang lebih 48 menit dengan kecepatan rerata 80 KM/jam melintasi tol tersebut, mobil kami pun keluar di ruas tol arah cawang.

Ada beberapa hal yang menurut saya sangat perlu mendapat perhatian khusus dari pihak pengolola Tol Japek II elevated ini, yang sangat mengurangi kenyamanan saat melintasi tol tersebut.

Pertama, jalan yang dilalui belumlah terasa smooth seperti jalan tol pada umumnya. Kasarnya lapisan aspal masih sangat terasa, sehingga sangat mengganggu kenyamanan. Bisa difahami karena memang tol ini diselesaikan atas dasar untuk mengejar target penyelesaiannya, sehingga hal-hal detil seperti itu bisa diperbaiki dikemudian hari.

Kalau soal jalannya yang bergelombang tidaklah terlalu mengganggu kenyamanan, secara positif justeru memberikan efek yang tidak monoton bagi pengemudi, kalau terlalu lurus malah kadang membuat pengemudi bosan dan mengantuk. Meskipun jalannya yang bergelombang tersebut dikonsep sesuai dengan kondisi yang ada.

Kedua, sambungan antar blok jalanan tersebut sangat terasa gajlukannya, bahkan ada sambungan yang terasa agak naik, sehingga efeknya kalau dilalui dengan kecepatan tinggi, kendaraan bisa melambung dibuatnya. Untung saja kecepatan dalam melintas di tol tersebut sudah dibatasi antara 60 KM - 80 KM/jam.

Ketiga, kurang tingginya dinding kiri-kanan tol, dan terkesan kurang kokohnya dinding tersebut, sangat mengkuatirkan. Kalau kita melihat dinding kiri-kana Tol dalam kota yang begitu kokoh, sehingga memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengguna jalan.

Secara finishing memang harus diakui Tol Japek II boleh bisa dibilang belum kena sentuhan akhir, sehingga beberapa tindakan finishing harus dilakukan. Pada dinding kanan-kiri bagian luar tol masih belum mendapat sentuhan sama sekali, sehingga masih terlihat sangat kasar (mungkin karena baru diresmikan).

Secara umum keberadaan jalan tol Japek II elevated ini sangatlah dibutuhkan, terutama bagi kendaraan golongan I atau kendaraan kecil, agar tidak lagi menumpuk di jalan tol Jakarta-Cikampek yang dipadati oleh Bus dan kendaraan truk yang besar-besar.

Itu saya rasakan banget manfaatnya ketika mencoba melalui tol Japek II elevated kemarin. Bisa menghemat waktu yang lumayan, kalau biasanya melintas di jalan tol Jakarta-cikampek bisa menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam sampai 2 jam, dengan melalui Japek II bisa ditempuh cukup 48 menit.

Yang jelas, dengan melalui tol Japek II elevated bisa terhindar dari macet yang berkepanjangan. Meskipun tidak ada peluang untuk mampir di rest area, tapi untuk jarak tempuh yang cuma 48 menit saya rasa memang tidak diperlukan rest area. Namun tetap dibutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan saat terjadi mogok dijalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun