Mohon tunggu...
alinaswastamita
alinaswastamita Mohon Tunggu... Lainnya - al

Just make writing as mental healing...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rhea

21 April 2021   20:45 Diperbarui: 21 April 2021   21:08 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rintik hujan mulai berjatuhan mengguyur kota istimewa ini. Suara gemercik air hujan yang teduh, senantiasa menemaniku dan membuatku mengingat kembali luka masa lalu. Masa lalu yang menyimpan segudang luka dan kesedihan yang teramat dalam. Aroma tembakau dan cairan berwarna merah yang mengering di tanganku, menandakan bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. 

Dari dalam kedai kopi, aku terdiam melihat segelintir orang yang berlalu-lalang di bawah derasnya hujan. Aku memejamkan mataku menikmati suara hujan dan juga hembusan angin yang terasa dingin menerpa kulitku.

"Lebih baik kita pisah. Biar Rhea yang ikut sama aku." Ucap seorang wanita paruh baya, Ia Nindy.

PLAKKK

Suara tamparan yang terdengar keras, membuat telingaku jenggal.

"Pergi kamu!!! Cari apa yang ingin kamu cari. Biar Rhea ikut bersamaku. Hidupnya tidak akan terjamin bila ikut bersamamu." Ucap Pra dengan nada yang tinggi.

Aku terduduk memeluk lututku. Tubuhku bergetar hebat mendengar semua percakapan antara papa dan mama. Sungguh, perkataan mereka meninggalkan luka yang teramat dalam. Rasa takut menyelimuti pikiranku. Bagaimana jika nanti kedua orang tuaku meninggalkan aku sendirian? Bagaimana jika nanti hidupku tidak sedamai orang-orang pada umumnya? 

Kejadian kelam 10 tahun yang lalu kembali teringat. Rasa sesak kembali menyeruak. Tidak terasa mataku mengeluarkan air bening yang terus mengalir membawa kesedihan. Ketakutan yang menyelimuti pikiranku di 10 tahun yang lalu, ternyata benar terjadi. Setelah kejadian hari itu, mama membawaku untuk tinggal bersama kakak perempuannya. Ia pergi meninggalkanku entah kemana. Saat ini aku tinggal bersama ayah dan bunda. Mereka lah yang merawat dan membesarkanku setelah kejadian hari itu. Saat ini aku tidak tahu kabar mama dan papa seperti apa. Tetapi pernah ada yang mengatakan bahwa mama telah menikah lagi bersama seorang lelaki kaya raya.

Suara pelayan kedai membuatku tersadar dari alam lamunanku. Aku tersenyum tipis dan tak lupa mengucapkan terima kasih saat mengetahui ternyata pesananku sudah berada di atas meja. Setelah menyeka air mata yang sedari tadi mengalir, aku menyeruput matcha latte favoritku.

Terdengar suara bel kedai berbunyi, mataku refleks melihat pintu masuk kedai. Terlihat seorang wanita menggendong seorang anak laki-laki yang kira-kira berumur 3 tahun. Wanita itu berjalan menuju meja yang cukup dekat dengan meja tempatku duduk.

"Mama?" Ucapku pelan. Aku mematung. Ada rasa benci dan kecewa saat melihat seorang wanita yang telah lama meninggalkanku hadir di depanku dengan keadaan seperti itu. Semesta memang tak bisa berteman baik denganku. Baru saja kenangan kelam kembali teringat, bisa-bisanya aku dipertemukan oleh manusia yang selama ini aku hindari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun