Mohon tunggu...
alinaswastamita
alinaswastamita Mohon Tunggu... Lainnya - al

Just make writing as mental healing...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Innefable: Awalan dan Akhiran

14 Januari 2021   18:42 Diperbarui: 14 Januari 2021   18:44 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semua kerumitan itu berawal dari bertemunya Zora dengan sosok lelaki misterius. Dia, Lingga Raksaka Maheswara. Lelaki pendiam yang benci keramaian. Pandangan matanya selalu dingin dan tajam, irit bicara, tetapi Zora seringkali mendapati laki-laki itu membaca buku dan terkadang memainkan gitar klasik yang selalu ia bawa.

Zora menatap lurus, melewati beberapa deret meja yang berada kosong di depannya. Matanya terkunci menatap seorang laki-laki yang duduk sendirian. Dengan segelas kopi hitam di depannya, dan juga gitar klasik yang sedang ia mainkan.

Saat ini kantin kampus tergolong cukup sepi, membuat Zora lebih mudah dan leluasa melakukan proses pengintaian.

Zora menyuap satu sendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya. Lagi-lagi matanya terpaku pada satu sosok di depannya. Manis. Ah Zora meralat kembali perkataannya. Manis tapi dingin. Dasar Es krim

Lelaki itu sedang asyik dengan kopi hitam dan gitar klasik miliknya, tidak sadar bahwa sedari tadi ada sepasang mata yang mengintainya. Zora lega. Ia merasa aman karena tingkahnya tidak diketahui.

Sambil meneguk es teh, pandangan Zora berganti pada satu sosok perempuan yang sedang berjalan menuju ke arah Lingga. Senyum yang sedari tadi menghiasi wajah Zora, kian memudar.

Terlihat perempuan itu mengisi bangku kosong di sebelah Lingga. Zora belum beranjak dari duduknya. Matanya tetap terpaku pada dua sosok di hadapannya.

“Ah! Ganggu banget sih nenek lampir.” Gumam Zora.

Mereka terlihat sangat akrab. Lingga yang pendiam, mempunyai sorot mata yang tajam, dan irit bicara, seketika berubah menjadi hangat saat bersama sosok perempuan yang ada di sebelahnya.

Tak ingin melihat pemandangan yang merusak mata itu lebih lama, Zora memilih untuk beranjak dari duduknya dan memilih untuk meninggalkan kantin.

 Beku dalam kisah tak sempurna…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun