Mohon tunggu...
Ajeng Leodita Anggarani
Ajeng Leodita Anggarani Mohon Tunggu... Administrasi - Mamanya Toby & Orlee

Pekerja yang nggak punya kerjaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ibu dan Reuni-reuninya

22 Desember 2019   19:01 Diperbarui: 22 Desember 2019   19:06 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.ballinamorecs.ie

Janita kesal, sekarang ini ibunya jarang sekali ada di rumah. Sebelumnya ini tidak pernah terjadi. Tapi sejak ibu mulai "tekun" di media sosial, ibu jadi seperti sosok yang berbeda. Setiap hari ponsel selalu dalam genggamannya. Tertawa sendiri, mendengus tiba-tiba, kadang terkejut sambil memaki, semua dilakukannya saat mata ibu focus menatap ponselnya. Janita mulai merasa risih dengan sikap ibunya itu. Janita dan ibu hanya tinggal berdua. Biasanya ibu selalu duduk di ruang tamu saat Janita pulang kerja. Makanan tersedia sesuai request anak tercinta. Namun semua seketika berubah. Jangankan makanan di meja, bisa menemukan ibu saat dirinya sampai di rumah pun adalah satu keajaiban di dua bulan belakangan ini. Janita merasa menyesal sudah membelikan ibu ponsel android yang justru membuat dirinya dan ibu menjadi kurang komunikasi di rumah.

"Bu, nanti aku pulang cepat." Ucap Janita saat keduanya sarapan bersama.

"Oh, iya. Tumben." Jawab ibu dengan tatapan yang masih terus mengarah ke ponselnya.

"Divisiku besok ada gathering. Jadi kami disuruh siapkan semua untuk dibawa besok."

"Oh, berapa hari?" Tanya ibu yang masih terus memandang ponselnya.

"Dua hari."

Ibu pun tak menjawab apa-apa lagi. Biasanya ibu sangat khawatir jika Janita harus ada acara di luar rumah apalagi sampai tidak pulang.

Janita pun tak ingin berdebat pagi ini. Setumpuk pekerjaan sudah menantinya di kantor. Tidak ada waktu untuk membahas tentang perubahan sikap ibu dalam sisa waktu sarapan yang ada.

"Bu, aku berangkat dulu." Pamit Janita. Ibu baru melepaskan pandangan matanya dari ponsel dan beralih ke anak semata wayangnya.

Janita pun berangkat dengan gumpalan rasa kesal yang entah kapan akan meledak dengan sendirinya.

"Sabar, Jan. Kau akan punya waktu untuk bicara tentang ini dengan ibu." Gumamnya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun