Aku bukan tangan yang pandai merangkul, Â
aku adalah dinding batu Â
yang terlalu sering diajari untuk bertahan, bukan bersandar.
Aku bukan kata-kata manis, Â
aku adalah jeda panjang Â
di antara kalimat yang seharusnya kubisikkan untukmu.
Tapi di dalam semua kebisuan itu, Â
ada satu hal yang tak pernah luntur: Â
Aku memilihmu. Â
Bahkan ketika aku harus memilih dalam diam, Â
bahkan ketika aku takut menyakitimu dengan keberadaanku sendiri.
Jika aku tak bisa menyentuhmu tanpa melukai, Â
maka biarkan aku mencintaimu dari jarak yang aman, Â
dengan tatapan yang kau tahu artinya, Â
dengan kehadiran yang tak pernah kau pertanyakan.
Aku mungkin setengah manusia di mata dunia, Â
tapi di depanmu, Â
aku tetap sepenuhnya aku.
Dan jika suatu hari aku tak lagi bisa berkata apa-apa, Â
percayalah, Â
cintaku masih tinggal di tempat di mana tatapanmu dulu pernah menyentuh hatiku.
---
Puisi ini terinspirasi dari drama Korea "All of Us are Dead". Dari kisah cinta Su Hyeok dan Nam Ra yang begitu dewasa meski keduanya masih SMA. Betapa sadarnya mereka dalam memahami perasaan dan memilih satu sama lain. Dan puisi ini adalah versi Nam Ra.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI