Mohon tunggu...
Aisyah Supernova
Aisyah Supernova Mohon Tunggu... Konsultan - man purposes God disposes - ssu

Muslimah | Your Future Sociopreneur ! | Islamic Economic Science Bachelor | Islamic World, Innovation, Technology and Entrepreneurship Enthusiast | Sharing, Writing and Caring Addict | Because i want to see my God one day. It's my ultimate goal...!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kebangkitan Sejati

20 Mei 2017   22:01 Diperbarui: 20 Mei 2017   22:10 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam ini hujan
Kualirkan segala sesak dalam dada bersama tarian keyboardku
Menetes bersama permata hujan di gulitanya malam

Hari ini hari kebangkitan nasional
Barusan televisi benderang di kamarku
Menampilkan acara yang keterbalikan
Adakah ini kebangkitan nasional...?

Saat ini, aku tak mau memilih lara
Walau termaktub dalam syair ibu pertiwi
Namun aku memilih berusaha dan berdoa
Melihat bangsaku, hampir seluruhnya terjajah ideologinya

Masih segar dalam ingatan, bagaimana sejarah bangsaku
Membara di dada, menyentak logikaku
Aduhai, kalau bukan karena rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Niscaya kemerdekaan fantasi semata...!

Kali ini, biarkan aku membahas dari sumbu utama kebangkitan bangsaku
Sekelompok manusia, yang bergerak bukan karena harta
Bukan karena jabatan, titah apalagi gengsi semata
Namun karena tercabiknya kebebasan dalam beribadah, dalam mengabdi pada Ilahi

Aduhai, sekarang fitnah dan bara provokasi bertubi-tubi
Melempari sekelompok sumbu utama kebangkitan
Ya, sekelompok besar manusia yang menjunjung tinggi Tuhannya
Tuhannya, yang telah mengaruniakan bangsa dan negara Indonesia

Aku tidak memilih lara !
Saat sebagian besar bangsaku, banyak yang terjajah haknya
Ketimpangan, kerusakan moral, korupsi itu obrolan usang
Karena sudah menjadi tayangan media sepanjang hari

Jika dulu, lelaki dipaksa menjadi Romusha dan perempuan menjadi pemuas nafsu penjajah
Sekarang, sebaliknya
Tanpa dipaksa, lelaki menjadi romusha perusahaan dan lembaga penjajah kemerdekaan sejati bangsa
Perempuan menjadi pemuas nafsu publik, tak pilih siapa.. tanpa dipaksa..

Aduhai, inikah kebangkitan bangsa?
Dimana kesejatian menjadi kepalsuan
Kepalsuan dipaksakan menjadi kesejatian
Saat kebenaran, sangat sulit kau temukan
Karena kepalsuan yang terus menerus digaungkan

Sejarah memang tak pernah salah memberi hikmah
Mengajarkan, untuk teguh benar berideologi
Tegar menapaki kebenaran sejati
Hingga menang atau mati di atasnya

Karena, tanpa nilai Ilahi bangsaku akan mati
Karena, tanpa hukum Rabbi Izzati bangsaku terjajah
Keluhuran budi adalah guyonan sore hari..
Kesejahteraan adalah fatamorgana..
Keperawanan menjadi tanpa harga..
Keperjakaan hanya bualan semata..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun