Aku habis berdesakan dengan para pengguna Busway lain sampai aku transit dan berpindah busway. Busway lengang, sebuah surga sementara bagiku. Kalian tau, tadi petugas di busway padat mengatakan suatu hal yang membuatku berpikir mendalam..
Karena sakit padatnya, petugas itu sudah berteriak kencang mengingatkan bagi penumpang yang baru masuk. "Siapkan segera flash nya..! Laki-laki di belakang..! Perempuan di depan..!".
Memang saking padet banget, beberapa penumpang laki-laki masih nyangkut di barisan perempuan. Perkataan petugas busway itu memang benar. Kan fitrah laki-laki dan perempuan itu memang tidak membaur sembarangan. Kalian tau, betapa risihnya aku saat ada penumpang laki-laki yang nyangkut dan itu di belakangku.
Seiring berjalannya waktu, denyut masyarakat juga mengalirkan kembali bulir-bulir yang sesuai fitrah. Seperti itulah nilai kebenaran. Penghormatan pada perempuan dan laki-laki ditunjukkan dengan profesionalitas terpisahnya mereka sesuai keadaan biologisnya.
Selain pemisahan tempat duduk, ada juga ruang menyusui bagi Busui. Ada juga cuti melahirkan, dan aku berharap kebijakan-kebijakan yang bersumber dari nilai kebenaran akan semakin segar dan banyak mewarnai kehidupan kita.
Salah satu temanku, pernah turun KRL dengan celana basah dengan (aduh jijik sebenernya bilangnya. Maaf ya) sperma entah siapa. Parah banget kan..?! Dia terhimpit sampai tidak bisa berpindah.
Jadilah begitu. Kalau aku, mungkin sudah aku aktifkan sikutku macem pisau biar gak bisa mepet-mepet. Walau belum tentu bisa diterapkan di semua kondisi padet. Tapi at least jangan biarkan laki-laki gak bener malah melecehkan kita.
Semoga semakin banyak masyarakat dan kebijakan publik yang menghormati perbedaan jenis kelamin dan pemisahan yang mumpuni di dalamnya. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa dalam pendidikan laki-laki dan perempuan lebih efektif jika dipisah.
Jakarta, 3 April 2018