"Di mana pun kamu berada saat waktu shalat tiba, kerjakanlah shalat. Sebab, bumi ini adalah masjid" ---Muhammad SAW- Â HR Muslim
Masjid. Sebuah tempat dengan universalitas makna dan tindakan mulia dilakukan di dalamnya. Mulai dari salam, membuka sandal dan alas kaki, berwudhu alias membersihkan dan mensucikan diri, shalat, berdzikir, tilawah, bercengkrama, bahkan diskusi dan eksekusi untuk memajukan ummat Islam juga urusan masyarakat dan pemerintahan seharusnya dilakukan di masjid. Hadits di atas memang hanya terdiri dari enam belas kata, namun maknanya bukan hanya melagenda, tapi seharusnya memotivasi kita dalam bereaksi mulia. Jika ya sahabat, kita menganggap bumi adalah masjid, maka seharusnya tiadalah kita membiarkannya kotor apalagi mengotorinya. Karena, sudah menjadi kewajiban bagi siapa yang melihat masjid kotor untuk membersihkannya.Â
Apalagi membuang sampah dan ludah sembarangan? Oh sungguh betapa malunya.. Itu baru untuk urusan kebersihan, bagaimana dengan kesucian? Maka, apakah pantas bagi kita menodai kesucian bumi dengan berkata kotor, kasar, berperilaku meyimpang? menyebarkan perkara dan huru hara? Apalagi sampai menumpahkan darah? Bukankah semuanya terlarang dalam masjid? Jika masjid seharusnya dijadikan sebagai tempat musyawarah untuk mencari solusi permasalah ummat, maka apakah pantas bumi ini di kapitalisasi, dipangkas, di industrialisasi dan dicemari tanpa pertanggung jawaban? Punya siapa bumi ini?? Bukankah semua itu bukan hanya merugikan bumi, tapi juga isinya dengan manusia, hewan dan tumbuhan yang berlipat-lipat dirugikan??Â
Sadarlah sahabat, bahwa jika kita betul-betul menganggap bumi ini masjid, perlakukan bumi sebagaimana kita memperlakukan masjid. Jadikan bumi sebagai masjid, di mana kemakmuran bersemai, di mana ketaatan padaNya meruah dimanapun sehingga  menyejahterakan sesama. Kita dapat bersujud, mentaati dan mejalankan aturanNya di manapun dan kapanpun di muka bumi ini.
      Yang lebih seru, ada seorang peneliti, bernama DR. Roger Penrose, seorang peneliti dari AS yang meneliti tentang berapa kemungkinan atau probabilitas alam semesta ini setelah big bang terbentuk dengan sendirinya alias berapa besar kemungkinan Tuhan itu tidak ada? Maka, hasilnya sungguh mencengangkan. Ialah, sepersepuluh pangkat sepuluh pangkat satu, dua dan tiga. Apa artinya? Sahabat, akan habis waktu kita menghitung angka probabilitas tersebut karena hanya bermakna satu kesimpulan ; more than impossiblealam semesta ini tercipta kebetulan alias tidak ada Tuhan di alam semesta ini. Ma syaa Allah. Betapa para saintis, masih dengan ribuan penemuan yang lainnya, mulai dari tubuh manusia, lingkungan,  sosial, hingga bumi dan semesta menunjukkan satu kesimpulan yang sama ; Tuhan itu ada dan pasti ada. Tidak mungkin tidak ada. Maka, untuk alasan apalagi kita tidak mentaatiNya? Bukankah seharusnya kita memakai aturanNya untuk memakmurkan bumi ini sebagaimana memakmurkan masjid, sahabat? Let's obey only to Him!