Mohon tunggu...
Aisyah Nasution
Aisyah Nasution Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Skenario / Salman Film Academy

Bicara dari hati ke hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelita dalam Dunia Dian

30 November 2022   21:09 Diperbarui: 5 Maret 2024   08:36 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga judul buku dipajang dengan elok di sudut kantor Syamsi Dhuha Foundation (SDF), di daerah Dago, Bandung. "Miracle of Love", "Sunrise Serenade", dan "Belajar Bahagia" adalah karya-karya yang menandai pemaknaan hidup Dian Syarief terhadap apa yang telah dilaluinya. 

Perempuan kelahiran  1965 itu telah lama dikenal sebagai penyintas Lupus (Odapus) dan Low Vision. Dian yang pernah menjadi corporate communication manager di sebuah bank swasta, sejak tahun 2004 mengabdikan hidupnya untuk membantu sesama Odapus dan penyandang Low Vision melalui SDF. Ada banyak kepingan mozaik dalam hidup Dian yang memperjalankannya sampai ke titik itu.

Dalam sebuah bab buku "Belajar Bahagia" -- yang merupakan karya kolaborasi Dian dengan suaminya, Eko P. Pratomo -- Dian menyebutkan sebuah buku berjudul "Tati Tak Kan Putus Asa" karya Luwarsih Pringgoadisurjo. Cerita dalam buku itu sendiri adalah tentang seorang anak yang berjuang untuk memperbaiki nilai rapornya agar dapat naik kelas. 

Pada bab berjudul "Inspirasi Masa Kecil" itu Dian menuliskan, "Siapa nyana inspirasi masa kecilku itu merasuk ke dalam jiwa saat harus hadapi ujian kehidupan. Sikap yang terbentuk pun tak mudah patah, tak mudah menyerah. Aku pun terobsesi untuk bisa naik kelas, menjadi aku yang lebih baik dari kemarin."

Di sebuah wawancara Dian bercerita lebih jauh tentang masa kecilnya. Dian mengaku memiliki masa kecil yang bahagia. Kedua orangtuanya, alm Prof. Dr. dr. Rudy Syarief dan dr. Oemmy R. Syarief, memiliki konsep pengasuhan sendiri. Dian dididik untuk menjadi pribadi yang mandiri dan mempunyai bekal agama yang kuat. 

Bapak Dian yang berprofesi sebagai dokter juga gigih membekali anak-anaknya dengan literasi. Dian mengisahkan bapaknya pernah mengajaknya dan kedua saudaranya ikut ke tempat praktik. Demi membujuk anak-anaknya, bapaknya berjanji membelikan buku sesuai dengan keinginan mereka sepulang dari tempat praktik.

Bapak Dian juga membuatkan perpustakaan di dalam rumah. Dalam perpustakaannya itu beliau mengisi dengan buku-buku dengan sentuhan spiritual. Diantaranya adalah seri buku karya Ajip Rosidi dan buku-buku terbitan Pustaka Jaya lainnya. Sampai saat ini buku-buku itu tetap hidup di benak Dian. Bahkan segmen dalam beberapa novel yang berkesan masih dapat Dian imajinasikan.

Di dalam novel "Sunrise Serenade" detik-detik saat Dian mulai kehilangan penglihatan dikisahkan dengan mengharukan. Penglihatan Dian mulai kabur saat dirinya bertugas membacakan saritilawah pada akad nikah adiknya. Dian bersyukur bahwa tulisan terakhir yang dapat dibacanya adalah ayat suci Al-Qur'an. 

Meskipun sudah tak bisa membaca kitab suci, Dian tetap menghidupkan Al-Qur'an dalam dirinya. Seperti ketika Dian akan menghadapi operasi, Dian menguatkan batinnya dengan berzikir atau menyebut arti dari surat Al-Fatihah.

Literasi yang dimiliki Dian menjelma menjadi pelita dalam batin Dian. Meskipun sisa penglihatan Dian hanya tinggal sepuluh persen dan tak mungkin bisa membaca, namun apa yang telah dipelajarinya dan dibacanya menjadi bekal untuk mengarungi kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun