Mohon tunggu...
Aisyah Fitriani Arief
Aisyah Fitriani Arief Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya gemar mengeksplor hal baru dan menuangkannya pada tulisan. Dunia film menjadi topik favorit saya karena tidak terbatas pada hal-hal monoton. Akan tetapi, memiliki ikatan yang kuat dengan imajinasi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tanah Subur, Solusi Bumi yang Sehat

7 Juni 2023   13:13 Diperbarui: 7 Juni 2023   13:27 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiss the Ground merupakan film dokumenter alam ekologi yang dinarasikan oleh aktor sekaligus aktivis lingkungan, Woody Harrelson. Film ini menceritakan pentingnya tanah bagi seluruh aspek kehidupan yang disertai data dan fakta dilapangan. Kiss the Ground menjadi film dokumenter yang unik karena mengisahkan tanah sebagai sumber kehidupan. Dalam film tersebut, terdapat berbagai ahli, petani, aktor-aktris sekaligus aktivis lingkungan yang menerangkan bagaimana menyelamatkan bumi melalui tanah yang sehat.

Pada awal film, memaparkan masalah-masalah tanah yang berada di berbagai negara belahan dunia. Amerika dilanda musibah badai debu yang terjadi akibat petani membajak padang-padang di utara pada 1930. Sebelum dibajak, lahan tersebut memiliki tanah yang berkualitas dan subur. Sebab tak henti-hentinya dibajak dan tiada upaya penanggulangan, membuat tanah tersebut terekspos dan tandus. Badai debu di Amerika kala itu menjadi rekor bencana ekologi buatan manusia terbesar dalam sejarah.

Penggunaan pestisida secara masif juga disinggung pada film ini. Awalnya, pestisida dibuat oleh ilmuwan Nazi yang digunakan sebagai racun untuk pembantaian kaum Yahudi pada era Nazi berjaya. Seiring berkembangnya zaman, pestisida beralih fungsi menjadi senjata pembasmi hama yang ampuh pada lahan pertanian. Akan tetapi, penggunaan pestisida tersebut merusak biota dalam tanah, sehingga kualitas tanah menurun drastis.

Hingga kini, penggunaan pestisida dinilai masih berlebihan terbukti dari riset bahwa satu kilogram bahan kimia dapat ditemukan di tubuh manusia karena penyemprotannya yang berlebihan. Oleh karena itu, terdapat bahan kimia lain yang digunakan oleh manusia untuk disemprotkan pada lahan pertanian, yakni glifosat.

Glifosat sendiri ternyata bukan pembasmi alternatif dan malah memiliki kandungan yang sama bahayanya dengan pestisida, jika digunakan berlebihan. Glifosat mematikan mikroba pada tanah yang mana juga terdapat pada tubuh manusia sehingga mematikan mikroba dalam tubuh juga.

Masih banyak persepsi negatif yang dimiliki banyak orang mengenai karbon. Karbon tidak sepenuhnya negatif, justru bagus untuk kelangsungan alam. Seorang ahli agronomi konservasi, Ray Archuleta dihadirkan langsung pada film ini guna meyakinkan hal tersebut. Pada kenyataannya, karbon tidak melulu sesuatu yang buruk. Bahkan, manusia sendiri terdiri dari partikel-partikel karbon.

Film ini pun menceritakan kegagalan dan kerugian panen hingga kurang lebih 40 dan serta dampak-dampak yang terjadi ketika bertujuan memanfaatkan tanah, padahal sebenarnya telah merusaknya. Tanah memiliki kemampuan menghasilkan karbon sendiri dari atmosfer—Idealnya menyerap air dan karbondioksida.

Dewasa ini, tanah telah rusak dan kering, menyebabkan karbon banyak terempas ke atmosfer karena tidak tersimpan ke dalam tanah (desertifikasi). Hal ini didukung kuat dengan data dari NASA yang mengatakan dua pertiga tanah di dunia mengalami desertifikasi. Jika sudah demikian, akan menimbulkan bencana, kemiskinan, kesenjangan di kalangan manusia, dan masih banyak lainnya.

Film ini juga menawarkan solusi untuk “menyehatkan” kembali tanah yang sudah tandus. Tanah memiliki potensi yang besar untuk menyimpan karbon dibanding yang bisa disimpan di atmosfer dan tanaman di permukaan sekaligus. Para petani bisa mulai melakukan pertanian regeneratif untuk mengobati tanah yang sudah kehilangan fungsinya. Lokasi peternakan yang hijau dapat menyerap air dan karbon, begitu juga sebaliknya apabila lokasi peternakan tidak hijau mengakibatkan air dan karbon terlepas. Permasalahannya bukan datang dari hewan, tetapi kualitas tanah itu sendiri.

Menanam pohon menggunakan kompos adalah solusi alternatif yang mudah untuk tanah menyerap karbon lebih banyak. Kekuatan regenerasi bumi harus dimaksimalkan kembali untuk menyembuhkan tanah, kesehatan manusia, dan iklim bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun