Mohon tunggu...
Aisyah
Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulislah, atau sejarahmu akan hilang termakan zaman.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Santri di Tengah Pandemi

2 Juli 2021   11:38 Diperbarui: 2 Juli 2021   11:49 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 pengetatan prokes (Dok. pribadi)

SANTRI DITENGAH PANDEMI

Sebagai lembaga pendidikan Pesantren memiliki sistem pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Transfer ilmu antara guru dan murid dipesantren (biasanya sih disebut ngaji) dianggap sebagai hal sakral, sehingga dalam penyampaiannya terdapat aturan atau tatakerama yang sangat dijaga. Transfer ilmu anatara kyai dan para santri harus dilakukan secara langsung dan bertatap muka sehingga memiliki sanad yang sambung. Sayangnya adanya pandemi yang dimulai pada tahun 2019 mengharuskan ketatnya protokol kesehatan. Bahkan pada pendidikan umum transfer ilmu dari guru kepada murid dilakukan secara daring.

Adanya pandemic yang mengubah segala lini kehidupan, menjadikan pesantren harus menyesuaikan diri. Sayangnya daring bukan solusi tepat untuk diterapkan dalam sistem pendidikan pesantren, seperti yang umum terjadi sekarang. Alhasil pesantren-pesantren tetap dibuka dan aktivitas transfer ilmu antara kyai dan para santri tetap dilangsungkan dengan tatap muka.

Menghindari kerumunan? Sistem pendidikan pesantren tak lepas dari kelompok-kelompok jamaah sehingga kerumunan tak terhindarkan. Apalagi dalam satu pesantren akan terkumpul santri dari berbagai pelosok negri.  Meski demikian, bukan berarti pesantren tidak mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah. Selayaknya aturan prokes dari kementrian kesehatan, pesantren dengan terpaksa melanjutkan kegiatannya yang tidak bisa dilakukan secara daring, melakukan protokol kesehatan secara ketat. Seperti di pesantren Al-Anwar 3 putri, Sarang, Rembang.

Beberapa pesantren mewajibkan santrinya membawa hasil negatif rapid test saat kembali ke pesantren. Beberapa yang lain melakukan karantina mandiri dengan pemberangkatan sistem kloter per daerah. Bahkan, ada juga yang melakukan tes genose kepada seluruh santri dan guru. Sehingga dalam satu lingkup pesantren jaminan kesehatan dan protokol kesehatan tidak perlu dicemaskan. Tentunya pemantauan kesehatan santri setiap hari dilakukan, dengan pengecekan suhu dan penanganan siaga terhadap santri yang bergejala dan mengalami sakit.

santri di pesantren (Dok. pribadi)
santri di pesantren (Dok. pribadi)

Jauh dari sanak saudara bahkan orang tua? Pesantren punya istilah sambangan/kiriman/tilikan, dan lain sebagainya, yakni interaksi keluarga untuk menengok anggota mereka yang ada dipesantren. Sayang, hal ini tidak bisa dilakukan ditengah pandemi karena adanya orang dari luar akan menimbulkan interaksi baru dan memungkinkan terjadinya penularan covid-19 (pesantren di lock down). Meski situasi genting ditengah pandemi covid, teknologi yang kian maju tetap dapat dimanfaatkan pesantren meskipun mempertahankan model tradisionalis. Orang tua tetap bisa memberi makanan dan barang lainnya dengan mengirim paket (memanfaatkan jasa kurir nih), tentunya penerimaan paket dipesantren akan dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. Dan tentunyapesantren juga memudahkan para santri dengan membuka sistem penarikan tunai link (kiriman tetap lancer biar semangat belajar ;D).

Pandemi yang mengubah berbagai lini kehidupan tidak boleh menyurutkan semangat belajar. Apapun situasinya belajar adalah wajib hukumnya. Patuhi protocol kesehatan, jaga fikiran, dan tentunya jaga kesehatan, hati terutama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun