Sore itu aku duduk di kursi depan sambil minum kopi. Tiba-tiba datang seseorang yang belum aku kenal. Setelah kupersilakan duduk dia menyampaikan kabar bahwa anakku yang sedang mengikuti diklat paskibraka sedang berada di UGD. Dalam kekagetanku, aku langsung menuju ke UGD tempat anakku dirawat. Aku melihat anakku terbaring lemah dibantu selang infus. Hatiku sedih tak terkira. Aku bertanya kepada pelatihnya penyebab anakku sakit. Mereka menyampaikan anakku kecapean dan kurang minum sehingga dehidrasi.
Semalaman aku nggak bisa tidur karena khawatir terjadi sesuatu. Suster penjaga mengatakan panas anakku 40 derajat. Dalam bangunku aku memanjatkan doa tak henti-hentinya agar anakku diberi kekuatan untuk menjalaninya. Tengah malam ganti botol infus dan panasnya masih turun naik. Terbayang di benakku tiga bulan sebelumnya perjuangan seleksinya bangun subuh pulang sore. Mungkin daya tahan tubuh anak saya lelah. Dalam doaku berharap Allah memberinya kesempatan untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Menjelang subuh panasnya mulai turun, hal ini setelah aku tanyakan kepada dokter yang memeriksanya.Â
Setelah solat subuh aku izin pulaang ke rumah dulu mau menukarkan pakaian kotor dan menggantinya dengan yang bersih. Aku berjanji setelah selesai akan langsung datang kembali dan anakku mengiyakan. Setelah selesai merapikan pakaian yamg akan dibawa, handphoneku berbunyi dan ternyata itu dari dari pelatihnya . Dia mengatakan bahwa anakku kondisinya sudah membaik dan dibawa kembali ke mess. Walau aku was-was aku ikuti aturan mereka. Beberapa hari setelah itu ada undangan pengukuhan dari pemda. Hatku masih was-was dengan kondisi anakku. Tak berapa lama setelah acara pembukaan dimulai, anakku bersama pasukannya masuk ruangan dan aku tak henti bersyukur semua kekhawatiranku terbantahkan. Dia dengan gagahnya menjadi lurah pasukannya.Â