Mohon tunggu...
Ai Sumartini Dewi
Ai Sumartini Dewi Mohon Tunggu... Guru - Humanis, pekerja keras, dan ulet

Hidup yang singkat hendaknya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat baik bagi diri sendiri ataupun orang lain. Menulis merupakan salah satu kebermanfaatan hidup. Dengan menulis kita merekam jejak hidup dan mengasah otak supaya tetap tajam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pagi di Jaya Giri

26 Juli 2020   22:05 Diperbarui: 26 Juli 2020   22:12 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pentigraf Ai Sumartini Dewi

Pukul 05.00 setelah solat Subuh ,seperti biasa kalau hari Minggu aku isi dengan  lari pagi di sekitar Jaya Giri. Sengaja aku ambil route itu untuk keamanan. Jalannya tidak terlalu kecil, jarang dilewati kendaraan,  walaupun agak menanjak tetapi aspalnya rata.

Aku melintasi jalan itu setiap Minggu pagi dan pulangnya mampir di tukang surabi yang ada di ujung jalan. Sepanjang pinggir  jalan ditumbuhi rumput dan pepohonan liar. Walau jalan agak besar tapi aku terbiasa berjalan di pinggir kiri sesuai aturan di jalan raya.

Sesekali aku berpapasan dengan sesama pelari. Dan  aku bertegur sapa dengan mereka. Sampai tiba di belokan ada seorang gadis yang duduk selonjoran sambil memainkan HP. Rambutnya terurai keriting dan menutupi sebagian mukanya. Melihat ada yang sedang lari pagi, dia tidak menarik kakinya. Kakinya dibiarkan saja selonjor menghalangi jalanku.

Aku melewatinya dan bilang maaf tetapi dia tidak menjawab. Aku berpikir mungkin karena dia sedang asyik memainkan HPnya. Tiba  di ujung  jalan aku melihat si bibi yang jualan surabi sedang mengipasi api. Aku langsung memesan surabi kesukaanku, surabi rasa telur. Sambil menunggu surabi matang si bibi bertanya, " Pak tadi di jalan aman?" Aku menjawab aman karena memang seperti itu.

Lalu si bibi menceritakan bahwa kalau yang kebetulan,  suka ada yang bertemu dengan perempuan yang duduk di belokan sambil main HP. Perempuan itu katanya korban perkosaan yang meninggal di situ. Dan pas ditemukan hanya berupa tulang belulangnya. Aku mengangguk anggukan kepala sambil mengingat kejadian yang dialami hari itu.

Aku ingat dengan perempuan yang duduk tadi. Jangan-jangan dia perempuan itu. Lalu aku tanyakan ciri-cirinya dan jawaban si bibi sama dengan yang kulihat. Sebetulnya aku juga heran dengan HP yang dipegangnya adalah HP Black Berry jaman dulu tetapi aku tak berpikir itu hal aneh. Bulu kudukkku langsung berdiri dan aku langsung pamit ke si bibi setelah membayarnya.

Aku langsung lari menuju jalan pulang sambil melihat belokan tadi. Ternyata perempuan itu masih ada. Aku tarik napas dan melanjutkan lariku. Bebebrapa saat kemudian reflek  aku  menengok ke belakang, dan pas nengok ternyata perempuan itu nggak ada.

Tanpa menoleh kiri kanan lagi aku langsung lari sekuat tenaga menuju rumahku. Setelah kejadian itu aku tidak pernah lagi melintasi route itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun