Mohon tunggu...
Aistafania
Aistafania Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswi

MathEducation

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyontek, Hal yang Wajar Bukan?

3 Mei 2022   23:20 Diperbarui: 3 Mei 2022   23:22 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam kehidupan. Dengan adanya pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup seseorang. Dengan pendidikan seseorang bisa menggapai sesuatu yang mereka inginkan, pendidikan dapat menjadikan jalan atau jembatan kita untuk dapat menggapai sesuatu. Dalam masa sekarang pedidikan merupakan hal pertama dan utama. Dalam haditspun di jelaskan tuntutlah ilmu walau sampai negeri cina.

Tokoh pendidikan pembebasan asal Brasil, Paulo Freire. Menurut Freire pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Pertama, adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, dan melalui praksis mengubah keadaan itu.  Kedua, tahap ini dibangun atas tahap yang pertama dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan (Collin,1999:39).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pada ketentuan umum pasal 1 menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2004:7)

            Indarto & Masrun (dalam Agustin dkk., 2013) mendefinisikan menyontek sebagai perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal dalam mendapatkan jawaban pada saat tes. Menurut Cizek (dalam Anderman & Murdock, 2007) bahwa perilaku menyontek yaitu memberikan, menggunakan ataupun menerima segala informasi, menggunakan materi yang dilarang digunakan dan memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur ataupun suatu proses untuk mendapatkan suatu keuntungan yang dilakukan pada tugas-tugas akademik.           

Pendidikan sebagai sarana pembentuk intelektual dan moral diharapkan bebas dari bentuk-bentuk praktek perilaku negatif. Hurlock (1999) menyatakan bahwa kebanyakan siswa di sekolah menengan melakukan kegiatan menyontek dalam menyelesaikan tugas-tugas dan soal tes. Widiawan (Musslifah, 2012) menunjukkan sebuah hasil penelitian terhadap siswa SMA di Surabaya dengan hasil bahwa 80% dari siswa pernah menyonte (52% sering dan 28% jarang) sedangkan cara yang paling banyak digunakan sebagai sarana menyontek adalah teman sebesar 38% dan meja tulis sebanyak 26%.

Kata menyontek sudah tidak asing di telinga kita, ketika ada tugas atau apapun itu kebiasaan  dari para siswa adalah mencontoh atau menduplikat atau meminta jawaban kepada teman lain. Menyontek saat sekarang menjadi sesuatu yang sering terjadi di kalangan kita. Siswa zaman sekarang kebanyakan menomor satukan nilai dari pada kejujuran.  Padahal hakikatnya tolak ukur dari keberhasilan pembelajaran dengan adanya ujian atau semacam pemantapan pemahaman. Siswa zaman sekarang kebanyakan tidak percaya diri dengan kemampuan yang ada pada diri mereka.  dengan menyontek mereka bukan hanya menipu orang lain, tapi mereka juga menipu diri mereka sendiri. Karena kenyataan mereka tidak paham dan tidak mampu mengeerjakan ujian tersebut, tapi dengan menyontek seolah olah mereka memiliki kecerdasan yang mumpuni.

Di zaman yang serba online sekarang sangat memudahkan siwa untuk saling tukar jawaban atau lempar jawaban ketika  melaksanakan ujian, di luar dari kendali guru siswa dapat saling menconto dan tukar jawaban satu sama lain. Kita sebagai pemuda, generasi penerus bangsa haruslah sadar bahwa hal yang kita lakukan itu tidak benar dan bukan merupakan akhlak yang terpuji. Kita harus membiasakan bersikap jujur dimanapun dan kapanpun kita berada, ada pepatah mengatakan jujur itu mujur.

            Hetherington & Feldman (dalam Hartanto, 2012) mencoba mengelompokkan empat bentuk menyontek, yaitu :

  • Individual-opportunistic, dapat diartikan sebagai perilaku siswa mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru keluar dari kelas. Individu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melihat ataupun mengganti jawaban dengan menggunakan catatan ataupun bertanya kepada orang lain.
  • Independent-planned, dapat diidentifikasi menggunakan catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap maupun dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsungnya ujian. Dalam hal ini siswa telah merencanakan untuk menggunakan media berupa catatan, buku atau handphone agar bisa digunakan saat ujian berlangsung.
  • Social-active, adalah perilaku menyontek siswa dengan menyalin, melihat atau meminta jawaban dari orang lain. Siswa melakukan perilaku tersebut dengan cara berbisik, menggunakan kode, melihat jawaban orang lain maupun melakukan chat (sms, whatsapp, line, dm) dengan sesama teman.
  • Social-passive, adalah mengizinkan orang lain untuk melihat atau menyalin jawabannya. Siswa membiarkan orang lain meniru jawaban yang sudah dikerjakan.

Menurut penelitian di MAN 2 Semarang, hasilnya baik jadi beberapa siswa di sekolah tersebut tidak mengamalkan amalan menyontek. Mereka mengamalkan hadits riwayat Muslim dari kitab Al-Imam, yang artinya “barangsiapa yang mencurangi kami maka bukan dari golongan kami.” Meski beberapa dari mereka masih ada yang menyontek, dengan berjalannya waktu dan pemberian pemahaman kepada siswa akan dapat sedikit demi sedikit berkurang amalan yang kurang baik ini.

Remaja kehidupannya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Kondisi lingkungan hidupnya memberi warna pada kehidupan remaja. Sehingga mempengaruhi keseimbangan dalam kehidupan pribadi, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Saat menginjak masa remaja perubahan yang besar dan tiba-tiba pada seluruh kepribadiannya mengoncang aspek fisik dan psikis terutama emosinya. Perubahan pada aspek kognitifnya, semakin kritis cara berpikirnya dan akan mudah menimbulkan perbedaan paham dengan orang dewasa, menurut Singgih D. Gunarsa dalam buku Psikologi Praktis : Anak, Remaja dan Keluarga (2004:112-114).

Dalam suatu penelitian memberikan hasil dari alasan siswa untuk menyontek yaitu :

  • Faktor penyebab siswa menyontek adalah pengaruh faktor ekstrern dan intern pada siswa, kurang percaya diri dalam menjawab soal ujian serta kebiasaan siswa yang sering mengandalkan teman dan ingin mendapatkan nilai yang bagus.
  • Alasan yang lain karena guru lalai dalam pengawasan ujian, dan kurangnya iman yang tercanam pada diri sidsswa serta pelajaran yang sulit di pahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun