714 CPNS Mundur: Bukan Soal Gaji, Tapi Soal Makna
Ketika Kursi CPNS Tak Lagi Menjadi Cita-Cita yang Mutlak
Dalam sistem birokrasi Indonesia yang panjang dan kompetitif, menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) masih dianggap sebagai pencapaian prestisius. Proses rekrutmen CPNS berlangsung melalui berbagai tahapan ketat, dengan seleksi administratif, ujian kompetensi dasar, hingga wawancara akhir yang memakan waktu dan energi. Namun pada tahun 2024, terjadi sebuah fenomena yang mencengangkan: sebanyak 714 CPNS dosen yang telah dinyatakan lulus di Kemendiktisaintek justru memilih mundur, bahkan sebelum Surat Keputusan (SK) pengangkatan diterima.
Banyak yang terkejut. Bagaimana mungkin, setelah berjuang melawan ribuan pelamar, mereka justru mundur? Apakah mereka tidak memahami konsekuensi dari keputusan tersebut sejak awal? Ataukah ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar pekerjaan yang tampak mapan?
Kementerian sendiri menjelaskan bahwa alasan-alasan pengunduran diri itu beragam, mulai dari penempatan yang terlalu jauh dari domisili, persoalan keluarga, kondisi kesehatan, hingga ketidaksesuaian ekspektasi pekerjaan. Namun fenomena ini membuka ruang diskusi yang lebih luas: ada yang berubah dalam cara generasi muda memaknai pekerjaan. Dan dalam konteks ini, sorotan pun jatuh kepada Generasi Z.
Mereka Bukan Malas, Mereka Punya Cara Pandang Berbeda
Sering kali kita terburu-buru menyematkan label malas atau tidak tahan banting kepada generasi muda ketika mereka mundur dari pekerjaan. Namun, dalam konteks generasi Z, narasi itu tidak serta-merta berlaku. Gen Z adalah generasi yang lahir di era digital, besar dalam keterhubungan, serta terbiasa dengan kecepatan dan transparansi informasi. Mereka tumbuh dengan melihat bagaimana pekerjaan bisa dijalankan dari mana saja, bukan dari balik meja kantor yang dingin dan kaku.
Banyak dari mereka yang percaya bahwa pekerjaan harus membawa makna, bukan sekadar gaji bulanan. Mereka tidak anti birokrasi, tapi lebih menghindari sistem yang dianggap tidak agile, lambat, dan kurang mendukung kebebasan berpikir. Dalam kasus CPNS, meskipun gaji dan tunjangan bukan persoalan, yang dipermasalahkan justru adalah kurangnya sense of purpose, terutama ketika ditempatkan jauh dari keluarga, dalam lingkungan kerja yang tidak fleksibel, atau bahkan tidak sesuai minat akademis mereka.
Survei Deloitte Global Gen Z and Millennial tahun 2023 mencatat bahwa 49% Gen Z menempatkan "purpose" sebagai alasan utama memilih pekerjaan. Mereka tak segan menolak pekerjaan tetap jika tidak sesuai dengan nilai yang mereka pegang. Maka, pengunduran diri dari CPNS bukan karena mereka "manja", tetapi karena mereka menyadari bahwa hidup terlalu singkat untuk menghabiskan waktu di tempat yang salah.
Ketika Ekspektasi Bertemu Realita: Siapa yang Salah?