Mohon tunggu...
A Iskandar Zulkarnain
A Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Bankir - SME enthusiast, Hajj and Umra enthusiast, Finance and Banking practitioners

Iskandar seorang praktisi Keuangan dan Perbankan yang berpengalaman selama lebih dari 35 tahun. Memiliki sejumlah sertifikat profesi dan kompetensi terkait dengan Bidang Manajemen Risiko Perbankan Jenjang 7, Sertifikat Kompetensi Manajemen Risiko Utama (CRP), Sertifikat Kompetensi Investasi (CIB), Sertifikat Kompetensi International Finance Management (CIFM) dan Sertifikat Kompetensi terkait Governance, Risk Management & Compliance (GRCP) yang di keluarkan oleh OCEG USA, serta Sertifikasi Kompetensi Management Portofolio (CPM). Iskandar juga berkiprah di sejumlah organisasi kemasyarakatan ditingkat Nasional serta sebagai Ketua Umum Koperasi Syarikat Dagang Santri. Belakangan Iskandar juga dikenal sebagai sosok dibalik kembalinya Bank Muamalat ke pangkuan bumi pertiwi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Fenomena Jastip, Dampak pada Tenaga Kerja dan Kelas Menengah

8 Desember 2024   18:31 Diperbarui: 9 Desember 2024   18:02 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi remaja sedang berbelanja Jastip. (Dok. Shutterstock/paulaphoto via kompas.com)

Fenomena jasa titip (jastip) telah menjadi bagian integral dari aktivitas ekonomi informal di Indonesia. Dengan berkembangnya gaya hidup konsumtif, kemudahan berbelanja lintas negara, dan keterbatasan akses terhadap produk tertentu di dalam negeri, jastip menjadi solusi yang praktis bagi konsumen. 

Jastip tidak hanya sekadar aktivitas ekonomi sederhana, tetapi juga mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat yang semakin terhubung dengan globalisasi. 

Banyak masyarakat kelas menengah di Indonesia yang kini mengandalkan jastip untuk mendapatkan barang-barang eksklusif atau produk-produk yang tidak tersedia secara lokal, seperti kosmetik, pakaian, dan gadget.

Kemajuan teknologi, terutama di bidang media sosial, telah menjadi katalis utama dalam perkembangan jastip. Pelaku jastip memanfaatkan platform seperti Instagram, WhatsApp, dan e-commerce untuk menawarkan layanan mereka, menjangkau pasar yang lebih luas tanpa membutuhkan modal besar. 

Dalam konteks ini, jastip tidak hanya mencerminkan inovasi dalam ekonomi informal, tetapi juga bagaimana individu beradaptasi dengan tantangan ekonomi yang ada. 

Namun, meski popularitasnya terus meningkat, fenomena ini juga memunculkan sejumlah persoalan, mulai dari regulasi hingga dampaknya pada struktur sosial-ekonomi, termasuk dinamika kelas menengah yang semakin rentan.

Jasa Titip: Peluang Kerja di Sektor Informal

Sebagai bagian dari ekonomi gig (gig economy), jastip menciptakan peluang kerja bagi individu yang membutuhkan fleksibilitas. 

Pelaku jastip, yang sering kali adalah ibu rumah tangga, mahasiswa, atau pekerja lepas, menjadikan aktivitas ini sebagai sumber pendapatan tambahan. Dalam konteks ini, jastip berkontribusi pada penyerapan tenaga kerja di sektor informal, terutama di kota-kota besar.

Bagi banyak pelaku, jastip bukan sekadar kegiatan sampingan, melainkan telah berkembang menjadi pekerjaan utama. Hal ini terutama terlihat di kalangan individu yang memiliki jaringan sosial yang luas atau akses mudah ke barang-barang luar negeri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun