Mohon tunggu...
Aisha Seftiani
Aisha Seftiani Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Life is a choice

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Kritik Film "Laskar Pelangi"

9 Maret 2021   13:27 Diperbarui: 9 Maret 2021   13:34 2015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Miles Film via uc.ac.id

Laskar pelangi adalah sebuah film garapan sutradara Riri Riza yang dirilis pada 26 September 2008. Film Laskar Pelangi ini merupakan karya dari buku Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata.
Film ini menceritakan kisah perjuangan hidup kesepuluh anak demi mencapai cita-cita diantara kehidupan mereka yang berat. Kisah anak-anak yang memandang dunia dengan ambisi yang sederhana.
Tema yang diangkat dari cerita tersebut adalah tentang pendidikan dengan tokoh-tokoh yang sederhana, jujur, tulus, sabar gigih juga cerdas. Selain mengenai pendidikan, film ini juga menceritakan tentang persahabatan yang erat.
Film ini mengangkat sebuah cerita yang menarik hingga penonton menyukainya, banyak hal yang menakjubkan yang terjadi diantara para laskar pelangi.

Cerita dimulai dari alur mundur. Berkisah tentang Ikal dewasa ( Lukman Sardi atau representatif Andrea Hirata ). Yang tengah berada diatas bus yang melaju. Lalu menyusul adegan-adegan berikutnya yang menggambarkan masa kanak-kanak.
Seperti novelnya, hanya beberapa tokoh yang kebagian peran sedangkan yang lain sebagai figuran sepanjang film.

Dalam film ini penonton mungkin telah mengerti arti dari sebagian besar bahasa daerah yang digunakan, tetapi penonton juga menemukan beberapa kesulitan dalam bahasa yang digunakan seperti halnya bahasa daerah atau bahkan bahasa inggris. Saya sendiri sebagai penonton yang minim dengan istilah-istilah yang digunakan tersebut tidak mengetahui dan tidak mengerti sebagian dari arti istilah-istilah tersebut.

Ketelitian dari film ini sangat mendetail terhadap hal-hal seperti dialek melayu, properti yang berdasar pada waktu terjadinya kisah seperti mobil kuno, sepeda motor kuno dan lainnya, kostum, latar dan pemilihan lokasi syuting.

Peran dari musik sangat baik. Musiknya tidak terlalu kuat sehingga konsentrasi penonton tidak berpindah-pindah pada musik. Musik bener-benar diposisikan sebagai penguat nuansa.

Film Laskar Pelangi pun mampu mengkomunikasikan beberapa hal dengan amat baik. Tema yang diusung dengan dukungan visual dan auditif, mampu memberi efek-efek romantisasi dan melankolik kepada penonton.
Laskar Pelangi menjadi memori yang merekam keprihatinan pendidikan di Indonesia. Sebuah lanskap yang mengutarakan betapa pentingnya bermimpi dengan cinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun