Mohon tunggu...
AISA UWEN
AISA UWEN Mohon Tunggu... Administrasi - Pribadi

Pesisir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Covid-19 terhadap Ekonomi dari Para Nelayan Desa Hitu Messing

25 November 2020   19:52 Diperbarui: 25 November 2020   19:59 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lahir dan menetap di sebuah desa pesisir , tentunya mayoritas pendudunya adalah nelayan . Desa Hitu Messing namanya , desa yang berada disebelah pesisir utara pulau ambon ini keseharianya mencari ikan untuk kebutuhan ekonomi sehari-hari.
Sistem pencarian ikan di Hitu Messing dengan sistem team yang yang transfortasinya bernama arumbai untuk sebutan orang penduduk ini.

Arumbai sendiri dimiliki oleh seorang pengusaha yang memperkerjakan bapak-bapak yang mencari ikan kemudian digaji sesuai kesepakatan bersama.

Ikan yang didapat pun langsung didistribusikan ke pasar-pasar tradisional yang berada di pusat kota .
Adapun ibu-ibu yang sebutan penduduknya Jibu-jibu ini menjual hasil ikan yang ditangkap juga.
Ikan yang dijual beragam jenis dan ukuran sesuai harga yang dibeli .

Keuntungan yang didapatpun sangat baik dan beragam dan dapat menopang kehidupan penduduk desa Hitu Messing  yang berprofesi sebagai nelayan.
Setelah diberitakan tentang wabah virus corona yang memakan banyak korban . Terpaksa pemerintah membatasi kehidupan masyarakat untuk aktifias luar ruangan .
Pandemi COVID-19 ini juga mengubah banyak hal. Tidak terkecuali juga nasib para nelayan di Desa Hitu Messing, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah.

Dampak pandemi COVID-19 yang paling dirasakan nelayan yaitu harga ikan yang turun drastis mencapai 50 persen. Hal ini tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan saat melaut.

Belum lagi biaya operasional yang tinggi. "Jadi, kerja di laut seperti sia-sia," Haming Nasela, seorang nelayan disela-sela menurunkan ikan hasil tangkapannya, pada Selasa (24/10/2020).

Lebih lanjut, saat cuaca mendukung seperti sekarang ini biasanya dia bisa pulang membawa hasil Rp3-5 juta sekali melaut. Semenjak merebaknya wabah virus Corona ini penghasilannya menurun menjadi Rp1-1,5 juta. Fauzi merupakan nelayan mingguan. Sekali melaut dia membutuhkan waktu antara 15-20 hari.

Menurut dia, penghasilan bulan ini bisa dikatakan lebih parah daripada musim angin kencang, kerugiannya lebih banyak. Meskipun begitu dia berencana tetap berangkat melaut lagi. Sebabnya, tidak ada pilihan pekerjaan lain. "Kalau tidak berangkat mau kerja apa? Tidak lain dari nelayan hanya pergi ke hutan berkebun .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun