Mohon tunggu...
Aisah Latif Mawarni
Aisah Latif Mawarni Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta

Saya Aisah Latif Mawarni, Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Selamat Membaca Email : aisahlatifma.aksigk21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cryptocurrency

Terjebak Mimpi Token Kripto "Ingin Cuan Instan tapi Tak Siap Rugi"

15 Juni 2022   19:30 Diperbarui: 15 Juni 2022   19:32 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Dalam hal ini, blockchain merupakan sistem yang menjadi tempat transaksi mata uang kripto tanpa melalui pihak ketiga seperti perbankan. Jadi, masing-masing mata uang kripto ini atau disebut juga sebagai koin kripto beroperasi di jaringan blockchain mereka masing-masing.

Misal, Bitcoin sebagai koin kripto yang beroperasi di jaringan blockchain Bitcoin. Jadi koin kripto ini memiliki jaringan blockchain sendiri dalam menjembatani transaksi pembayaran dan lain-lain.

Di sinilah beda utama antara koin kripto dan token kripto. Jika koin kripto ada dalam sistem blockchain sendiri, maka token kripto tidak memiliki jaringan blockchain sendiri.

bicara soal token, token ini merupakan bentuk pengembangan dari teknologi blockchain dan crypto, meskipun memang keberadaanya merupakan bentuk dari pengembangan, namun kedua hal ini memiliki beberapa perbedaan.

Biasanya token dirilis dalam rangka mendukung project tertentu. Sebagai contoh Poligon dan ASIX Infinity yang dikembangkan di jaringan Ethereum, atau Tether dan Chainlink di jaringan Solana. seperti axis yang pengembanganya pada jaringan Binance Smart Chain, salah satu exchanger kripto internasional yang berasal dari China.

dimana peluncuran token ASIX ini menjadi contoh nyata untuk memberikan pemahaman pada kita mengenai hal ini, serta membuka mata bahwa masih banyak masyarakat yang gegap akan godaan cuan. peluncurannya yang dapat dibilang telah sukses ini, dengan dukungan artis serta influencer yang ikut menggunakannya, dalam waktu sepekan mampu melangitkan harga axis hampir 25 kali lipat. 

namun dapat dilihat, dengan rilisnya informasi bahwa ASIX belum terdaftar resmi dengan mudahnya harga nya langsung terjun bebas hingga 50% dalam sehari nya. Pada saat itulah orang-orang kaget akan kerugian yang dialami nya. fenomena ini memperlihatkan betapa gegabahnya masyarakat kita dalam menempatkan uangnya atau berinvestasi, sampai-sampai godaan cuan berlipat-lipat membuat mata banyak orang silau akan adanya resiko.

jadi teman-teman kompasiana, perlu kita pahami, sejatinya membeli aset kripto adalah membeli "mimpi" pengembangan teknologi dari sang development. contoh nya Ethereum (ETH) jaringan kripto yang dibilang populer ini memiliki misi yang sangat luas, mulai dari pengembangan ekosistem teknologi blockchain, smart contract, web3, decentralized finance, hingga digital marketplace.

tentu tidak dapat dipungkiri akan adanya kegagalan dalam proses pengmbangannya dan pencapaian misi misinya, dan saat kita membeli ETH tersebut menunjukan bahwa kita percaya akan misi pengembangan tersebut, dengan harapan keberhasilan, namun disisi lain kita perlu mempertimbangkan bahwasanya dalam prosesnya tidak akan luput dari konsekuensi yaitu pergerakan harga pada kripto nya. 

Logikanya hampir sama dengan ASIX, sang bos Anang Hermansyah mengutarakan bahwa misi ASIX adalah mengembangkan ekosistem Play to Earn (P2E) game tradisional seperti Congklak dan Bola Bekel, membuat NFT marketplace, hingga membangun Nusantara Land Metaverse. 

"Misi itu bisa saja sukses terwujud, tapi juga bisa saja gagal atau berubah di tengah jalan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cryptocurrency Selengkapnya
Lihat Cryptocurrency Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun